TERAPI MODALITAS
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2014/2015
Dalam ilmu keperawatan terdapat terapi modalitas merupakan metode pemberian
terapi bertujuan untuk mendukung membantu proses penyembuhan dan mengurangi
keluhan yang dialami oleh klien. Terapi ini bersamaan dengan terapi lain, bukan
sebagai pengganti dan pengobatan biomedis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
proses interaktif pada manusia pada tubuh, pikiran, dan interaksi sosial
mempengaruhi kesejahteraan. Kategori terapi komplementer menurut NCCAM
(National Center for Complementary) yaitu terapi pikiran-tubuh, terapi
manipulatif dan berbasis tubuh, terapi berbasis biologi, dan terapi energi
.
Dalam neurobehaviour, terapi modalitas bertujuan untuk merubah perilaku klien
yang maladaptif sebagai dampak dari proses penyakit yang ada pada klien.
Beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah terapi spiritual, terapi perilaku,
terapi kognitif, terapi lingkungan dan terapi kelompok. Terapi itu sendiri
adalah upaya untuk memulihkan perubahan perilaku yang maladaptif. Mari kita
bahas satu persatu yuk ...
1. Terapi Spiritual
Spiritual adalah bagaimana
keterkaitannya kita dengan Pencipta dan keyakinan terhadap pemaknaan diri.
Terapi spiritual adalah upaya untuk mengembalikan keyakinan klien dengan keterkaitan terhadap Pencipta, diri sendiri dan lingkungannya.
Terapi spiritual akan menguatkan keyakinan
sakitnya terhadap Tuhan, dirinya sendiri dan lingkungannya.
Terapi spiritual dilakukan pada Klien yang
mengalami defisit keyakinan sakitnya terhadap Pencipta, dirinya sendiri dan lingkungannya.
Tujuan : sebagai dukungan dan memperkuat konsep diri klien, mengembalikan
persepsi yang salah terhadap keterkaitan dengan Pencipta, dirinya sendiri, dan
lingkungan.
- Perawat tidak hanya membimbing klien untuk
melakukan ritual ibadah sesuai kepercayaan masing-masing. Perawat menjelaskan
tentang konsep diri dan keterkaitan dengan Pencipta, dan lingkungannya. Perawat
membimbing klien untuk mengembalikan keyakinannya kepada Pencipta, diri sendiri
dan lingkungannya.
- Motivasi
- Motivasi
Memberi motivasi pada klien bahwa penyakitnya bukan akhir dari segalanya. Hal ini berfungsi untuk mendorong klien agar antusias dalam proses pengobatan
2. Terapi Perilaku
Sebelum kita meluncur ke pembahasan terapi
perilaku, terlebih dahulu kita harus memahami definisi perilaku. Perilaku
adalah jiwa yang tampak, tidakan, serangkaian respon atau reaksi terhadap
rangsangan.
ü
Terapi
perilaku yaitu upaya untuk mengembalikan tindakan klien yang maladaptive
menjadi adaptif.
ü
Tujuan : a. Memodifikasi dan
menurunkan perilaku maladaptive
b. Meningkatkan aktivitas klien
ü
Terapi
perilaku terutama efektif untuk klien yang menarik diri dari lingkungan
sosialnya.
ü
Indikasi
: - Klien yang menarik diri dari social
-
Remaja
dengan gangguan tingkah laku
-
Klien
dengan gangguan kecemasan
-
Klien
dengan gangguan depresi
-
Klien
dengan fobia
-
Klien
dengan obsesif kompulsif
ü
Kontra
indikasi :
-
Klien
dengan resiko tinggi serangan jantung
-
Klien
yang dapat menginduksi serangan asma
ü
Teknik
terapi perilaku
a.
Operan
Conditioning →
Penguatan positif (penghargaan) → perilaku positif
b.
Classical
Conditioning → Respon
yang dikondisikan oleh rangsangan
c.
Terapi
Aversi → Dengan
prinsip menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan, reflex kondisi
d.
Terapi
Implosif →
Paparan berulang terhadap stimulus yang ditakuti
e.
Desensitiasi
sistemik →
Relaksasi untuk engatasi pajanan stimulus yang menakutkan
f.
Terapi
pengendalian diri → belajar mengubah kata negative
ü
Terapi
modeling →
mempelajari dan meniru perilaku positif dicontohkan
ü
Terapi
ketrampilan social → melakukan terapi seperti yang diinstruk
3. Terapi Kognitif
ü Kognitif
adalah kemampuan individu berfikir, memahami, dan memecahkan masalah.
ü
Terapi
kognitif yaitu upaya untuk mengubah pola pikir,
analisa, persepsi, dan identifikasi terhadap masalah.
ü
Tujuan
: Mengembangkan pola pikir
yg rasional, menggunakan pengetesan realita, dan membentuk perilaku dg pesan
internal
ü
Fokus :
re-evaluasi ide, nilai, harapan, dan menyusun perubahan kognitif
ü
Fase
pembentukan terapi kognitif
Antecendent
→ Belief (Behaviour) →
Consequence
ü
Bentuk
Distorsi kognitif dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel Bentuk Distorsi Kongnisi (Stuart, 2009)
No
|
Kelainan Kongnisi
|
Pengertian
|
Contoh
|
1
|
Overgeneralization
|
Mengambil kesimpulan secara menyeluruh segala sesuatu berdasarkan
kejadian tunggal.
|
Seseorang mahasiswa yang gagal dalam satu ujian mengatakan : “kayaknya
saya enggak akan lulus dalam setiap ujian”.
|
2
|
Personalization
|
Menghubungkan kejadian diluar terhadap dirinya meskipun hal tersebut
tidak beralasan.
|
“ atasan saya mengatakan produktivitas perusahaan sedang menurun tahun
ini, saya yakin kalau pernyataan ini ditujukan pada diri saya”.
|
3
|
Dichotomus thinking
|
Berfikir ekstrim, menganggap segala sesuatunya selalu sangat bagus atau
buruk.
|
“ Bila suami saya meninggalkan saya, saya pikir saya lebih baik mati”.
|
4
|
Catastrophizing
|
Berfikir sangat buruk tentang orang dan kejadian.
|
“saya lebih baik tidak mengisi formulir promosi jabatan itu, sebab saya
tidak menginginkan dan tidak akan nyaman dengan jabatan itu”.
|
5
|
Selective abstraction
|
Berfokus pada detail, tetapi tidak relavan dengan informasi yang lain.
|
Seorang istri percaya bahwa suaminya tidak mencintainya sebab ia datang
terlambat dari pekerjaannya, tetapi ia mengabaikan perasaannya, hadiah dari
suaminya tetap diterima dan libur bersama tetap direncanakan.
|
6
|
Arbitary inference
|
Menggambarkan kesimpulan yang salah tanpa didukung data.
|
Teman saya tidak pernah lama menyukai saya sebab ia tidak mau diajak
pergi.
|
7
|
Mind reading
|
Percaya bahwa seseorang mengetahui pemikiran orang lain tanpa mengecek kebenarannya.
|
Mereka pasti berfikir bahwa dirinya terlalu kurus atau terlalu gemuk.
|
8
|
Magnification
|
Exaggregating the importance of events.
|
Saya telah meninggalkan makan malam saya, hal ini menunjukkan betapa
tidak kompetennya saya.
|
9
|
Externalization of self worth
|
Menentukan tata nilai sendiri untuk diterapkan pada orang lain.
|
Saya sudah berusaha untuk kelihatan baik setiap waktu tetapi teman-teman
saya yang tidak menginginkan saya berada di sampingnya.
|
ü
Teknik terapi kognitif
a.
Restrukturisasi
kognisi
→
Keinginan seseorang untuk berubah → perawat mengembalikan pikiran maladaptive
b.
Penemuan
fakta (Questioning the evidence)
→ Memfasilitasi klien untuk membiasakan menuangkan pikiran
abstraknya secara konkrit dalam bentuk tulisan
c.
Penemuan
alternative (examing alternative)
→ pengambilan kesimpulan dari pemikiran baru
d.
Dekastropik
→ Evaluasi terhadap situasi dimana klien mencoba memandang
masalahnya secara menyeluruh, untuk melatih adaptasi
e.
Reframing
→ Srategi merubah persepsi terhadap situasi atau perilaku
f.
Thought
Soping
→ Berhenti memikirkan penyesalan, jangan ada “penyesalan” berlebihan. Jangan ada kata “seandainya”.
g.
Learning
new behavior with modeling
→ Mempelajari perilaku baru dengan observasi perilaku adaptif
yang dicontohkan, serta melakukannya secara bertahap.
h.
Shapping
→ Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang
diberikan
reinforcement
4. Terapi
Lingkungan
Ø
Lingkungan
: segala sesuatu yang ada disekitar kita.
a.
Lingkungan
Fisik : menata lingkungan aman dan nyaman, dapat memfasilitasi perubahan perilaku
yang diinginkan → bentuk ruangan fasilitas.
b. Lingkungan
Psikososial : klien diberi kesempatan untuk tumbuh dan berubah → perilaku fokus terapeutik.
c.
Lingkungan
Psikologi : perilaku manusia yang berkaitan dengan segala yang ada disekitar
kita.
Ø Terapi Lingkungan : Manipulasi ilmiah pada lingkungan → upaya untuk melakukan perubahan perilaku dengan manipulasi
lingkungan terapeutik.
Ø
Tujuan : - Meningkatkan kepercayaan
diri pada
klien, dapat
beradaptasi.
-
Memiliki
keterampilan agar dapat kembali pada masyarakat
-
Mengembangkan
keterampilan emosional dan social.
Ø Mengapa perlu terapi lingkungan?
Perubahan
negative setelah MRS → kemampuan berfikir menurun,
aktivitas mandiri berkurang, hubungan sosial menurun.
Ø Terapi Lingkungan dengan karakteristik :
-
Tersedia
dan mencukupi
-
Aman
dan melindungi
-
Nyaman
dan menyenangkan
-
Mudah
diubah dan dimodifikasi
Ø Jenis – jenis terapi lingkungan
a.
Rekreasi
: Memanfaatkan
waktu luang untuk beraktivitas
Cara : Menyalurkan hobi, dilatih sesuai kondisi
b.
Kreasi
seni :
Contoh : - Musik :
bisa membentuk, mengubah perilaku
-
Gambar
c.
Pet
Terapi : Hewan
peliharaan
Sebagai kesenagan, hobi, meningkatkan rasa kasih saying,
menumbuhkna empati.
d.
Plant : Bunga
/ buah. Sebagai hobi dan kesenangan.
Ø Proses Terapi Lingkungan
-
Memberi
kesempatan, dukungan pengertian kepada
klien agar berkembang sebagai pribadi yang bertanggung jawab.
-
Klien
dipaparkan pada peraturan, harapan, tekanan peer, dan interaksi sosial.
-
Perawat
mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri, belajar
keterampilan dan perilaku baru.
5.Terapi
Kelompok
Ø Kelompok : Kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi
dan memiliki tujuan yang sama.
Ø Terapi Kelompok : Upaya perawat untuk mengubah perilaku
maladaptive yang melibatkan kelompoknya.
Ø
Tujuan : - Meningkatkan kesadaran diri, hubungan
interpersonal dan mengubah perilaku maladaptive
-
Meredakan
distress
Ø
Fungsi
Kelompok : - Lahan berbagi pengalaman
-
Sharing
dan pemecahan masalah
-
Pengembangan perilaku maladaptif
-
Penghargan
/ pengakuan eksistensi
-
Memperoleh
dukungan dari kelompoknya
Ø Fase Terapi Kelompok :
a.
Fase
Pra-Kelompok
-
Penetapan
tujuan
-
Penyusunan
rancangan terapi kelompok
-
Penentuan
peserta, setting dan persiapan alat bahan
b.
Fase
Awal
-
Orientasi
: pengenalan antar anggota dalam
kelompok
-
Konflik
: pemilihan siapa yang berkuasa
-
Kebersamaan
: leader telah terpilih, anggota mulai bekerja sama, membuka diri dan
memecahkan masalah
c.
Fase
Kerja
-
Anggota
kelompok menjadi 1 tim
-
Tanggung
jawab, stabil dan kecemasan
-
Anggota
beruapaya mencapai tujuan
-
Leader
tetap control, mempertahankan
kerja sama.
d.
Tahap
Terminasi
-
Mengakhiri
kegiatan
-
Evaluasi
proses dan hasil
-
Tindak
lanjut dengan penilaian
-
Perpisahan
Resume Kuliah Neurobehaviour 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar