ANATOMI DAN
FISIOLOGI
SISTEM
PERSYARAFAN
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN
STIKES BINA
SEHAT PPNI MOJOKERTO
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sistem penting dalam tubuh manusia adalah sistem syaraf. Sistem
saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan, sangat
khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini mengkoordinasikan, mengatur, dan
mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya.
Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagian besar sistem
tubuh lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan
fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama antara alat-alat tubuh
yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun
atas banyak alat itu berjalan dengan baik dan terkoordinasi, maka diperlukan adanya
sistem pengendalian atau pengatur. Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap
terhadap adanya perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya. Semua
kegiatan tubuh manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat
pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf mempunyai
kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls
saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi
terhadap rangsang tersebut.
Oleh karena itu, berhubungan dengan
pentingnya peran sistem syaraf, perawat diwajibkan untuk memahami dengan benar bagaimana
anatomi dan fisiologi sistem persyarafan agar dapat melakukan asuhan
keperawatan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga dengan dibuatnya makalah ini sebagai mahasiswa diharapkan
dapat memahami anatomi dan fisiologi sistem persyarafan agar
dapat memahami serta asuhan keperawatan pada paien dengan gangguan sistem
syaraf.
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi sistem saraf dan fungsinya?
2.
Bagaimana macam-macam jaringan saraf?
3.
Bagaimana
penghantaran impuls saraf?
4.
Apa saja
organ yang terlibat dalam sistem saraf pusat
?
5.
Bagaimana klasifikasi
sistem saraf tepi?
6. Apa itu sistem limbik?
6. Apa itu sistem limbik?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan
dan Memahami Definisi sistem saraf dan fungsinya
2.
Menjelaskan
dan Memahami macam-macam jaringan saraf
3.
Menjelaskan
dan Memahami penghantaran impuls saraf
4.
Menjelaskan
dan Memahami organ yang terlibat dalam sistem saraf pusat
5.
Menjelaskan
dan Memahami klasifikasi sistem saraf tepi
6. Menjelaskan dan Memahami apa itu sistem limbik
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami definisi sistem saraf dan fungsinya
2. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami macam-macam jaringan saraf
3. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami penghantaran impuls saraf
4. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami organ yang terlibat dalam sistem saraf pusat
5. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami klasifikasi sistem saraf tepi
6. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami sistem limbik
6. Menjelaskan dan Memahami apa itu sistem limbik
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami definisi sistem saraf dan fungsinya
2. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami macam-macam jaringan saraf
3. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami penghantaran impuls saraf
4. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami organ yang terlibat dalam sistem saraf pusat
5. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami klasifikasi sistem saraf tepi
6. Mahasiswa dapat Menjelaskan dan Memahami sistem limbik
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Sistem
Saraf dan Fungsinya
Sistem
persarafan terdiri dari jalinan jaringan saraf
yang tersusun atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong
(neuroglia dan sel Schwann). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan
dan terintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu
unit. (Arif Muttaqin, 2008 : 3).
Sistem saraf adalah suatu
jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan
yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi
antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang pentIng ini juga
mengatur aktivitas sistem tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka
terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh
berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala
fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi
kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu
rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari system saraf yang
puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu. Jaringan
saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong) serta Neuron
(sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan
terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu
unit.
Sebagai alat pengatur dan
pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
- Sebagai Alat Komunikasi
Penghubung antara tubuh dengan dunia luar melalui
indra yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan adanya
alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.
- Sebagai Alat Pengendali
Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat
tubuh, sehingga dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan
oleh saraf, semua organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja
yang akurat.
- Sebagai Pengatur Respon Terhadap Rangsangan
Saraf merupakan pusat pengatur respon dari reaksi
tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai pengendali
atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada
seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.
2.2
Jaringan
Syaraf
Sistem persarafan adalah kumpulan jaringan saraf yang
tersusun dari sel-sel saraf yaitu neuron atau sel saraf itu sendiri dan sel
penyokong.
2.2.1
Neuron
(Sel Saraf)
Susunan saraf pusat manusia terdiri atas sekitar 100 miliar neuron.
Neuron adalah
salah satu
sel saraf dan merupakan unit anatomi dan fungsional system persarafan. Neuron mempunyai struktur dengan berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda, salah satunya adalah
tipe neuron multipolar yang merupakan jenis yang paling banyak terdapat di
dalam sistem
saraf pusat. Neuron terdiri atas tiga
bagian utama yaitu badan sel, akson (neurit), dan dendrit.

1. Badan sel
Secara relatif badan sel adalah
bagian yang lebih besar dari
sel saraf dan mengelilingi nukleus yang didalamnya terdapat nukleolus. Di sekelilingnya
terdapat perikarion yang berisi neurofilamen yang berkelompok yang di sebut
neurofibril. Di luarnya terhubungkan dengan dendrit dan akson yang memberikan
dukungan terhadap proses-proses fisiologis. (Arif
Muttaqin, 2008 : 3)
Badan sel berfungsi untuk
menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel
saraf terdapat nukleolus (anak inti sel), inti sel (nukleus), sitoplasma,
mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom. Badan sel merupakan kumpulan
retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.
2.
Dendrit
Dendrit
adalah tonjolan yang menghantarkan informasi
menuju badan sel. Merupakan bagian yang menjulur keluar dari badan dan
menjalar ke segala arah. Khususnya di korteks serebri dan serebelum, dendrite
mempunyai tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit. Neuron
tertentu juga mempunyai akson fibrosa yang panjang berasal dari daerah yang
agak tebal di badan sel, yaitu akson hilok (bukit akson). (Arif Muttaqin, 2008 : 4)
Dendrit adalah serabut sel
saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel.
Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
3.
Akson
Tonjolan
tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari badan sel disebut
akson. Dendrite dan akson, secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf
atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan, dan meneruskan
pesan-pesan neural disebabkan sifat khusus membran sel neuron yang mudah
dirangsang dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia. (Arif Muttaqin, 2008 : 4)
Akson disebut juga dengan neurit.
Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.
Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung
zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin
tersebut dibungkus oleh sel- sel schwann yang akan membentuk suatu jaringan
yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit.
Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari
kerusakan. Terdapat bagian neurit yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin.
Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya
rangsangan.
Klasifikasi neuron berdasarkan
struktur yang berhubungan antara dendrit, badan sel dan akson adalah sebagai berikut : (Arif Muttaqin, 2008 : 4)
1.
Neuron tanpa akson
Secara struktur
lebih kecil dan tidak mempunyai akson . Neuron ini berlokasi di otak dan beberapa organ
perasa khusus.
2.
Neuron bipolar
Ukuran
dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan dengan neuron unipolar dan
multipolar. Neuron bipolar sangat jarang ada , tetapi mereka ada didalam organ
perasa khusus, neuron ini menyiarkan ulang informasi tentang penglihatan,
penciuman, dan pendengaran dari sel-sel yang peka terhadap rangsang ke
neuron-neuron lainnya.
3. Neuron unipolar
Didalam
suatu neuron unipolar dendit dan akson melakukan prose secara berlanjut. Dalam
suatu neuron, sekmen awal dari cabang dendrite membawa aksi potensial dan
neuron ini memiliki akson. Beberapa neuron sensorik dari saraf tepi merupakan
neuron unipolar dan sinaps neuron berakhir di system saraf pusat (SSP).
4.
Neuro multipolar
Neuron
multipolar lebih banyak memiliki dendrite dan dengan satu akson. Neuron ini
merupakan tipe neuron yang sebagian besar berada di SSP. Contoh tipe neuron ini
adalah seluruh neuron motorik yang mengendalikan otot rangka.
Klasifikasi neuron
berdasarkan fungsionalnya
dikelompokkan sebagai berikut : (Arif
Muttaqin, 2008 : 5)
1.
Neuron sensorik
Neuron
sensorik berasal dari divisi aferen dari system saraf tepi (SST). Neuron ini
membawa informasi dari reseptor pesan sensorik untuk dibawa ke system saraf
pusat. Neuron sensorik merupakan neuron unipolar atau disebut juga dengan serabut aferen
yang menghubungkan antara reseptor sensorik dan batang otak (otak).
Neuron
ini mengumpulkan informasi dengan memperhatikan lingkungan dalam dan lingkungan
luar tubuh. Tubuh manusia memiliki sekitar 10 juta neuron sensorik. Neuron sensorik
somatis melakukan pengawasan diuar dan neuron sensorik viseral memonitor
kondisi didalam tubuh. Reseptor sensorik yang lebih spesifik meliputi :
a.
Eksteroseptor, menyediakan
informasi tentang kondisi lingkungan luar dan informasi yang didapat dari sentuhan,
suhu, sensasi tekanan, dan informasi yang didapat dari indra seperti
penglihatan, penciuman, pendengaran, dan peraba.
b.
Prioseptor, memonitor keadaan
posisi dan pergerakan otot rangka dan sendi.
c.
Interoseptor, memonitor kondisi
system pencernaan, pernafasan, kardiovaskular, perkemihan, reproduksi, serta
sensasi perasa dan rasa nyeri.

2.
Neuron motorik
Neuron
motorik atau neuron eferen membawa instruksi-instruksi dari SSP menuju efektor
perifer. Neuron motorik akan menstimulasi atau memodifikasi aktivitas dari
jaringan-jaringan perifer, organ, atau system organ. Tubuh manusia memiliki
sekitar 500ribu neuron motorik. Akson-akson pembawa pesan dari SSP yang disebut
dengan serabut eferen, terdiri atas system saraf somatis (SSS) dan system saraf
otonom (SSO).
3.
Interneuron
Neuron asosiasi juga lebih sering dikenal dengan
neuron konektor atau penghubung. Intereuron atau neuron asosiasi berada diantara neuron sensorik dan
motorik. Neuron
penghubung terdapat
di seluruh otak dan batang otak. Tubuh manusia memiliki sekitar 20 juta neuron penghubung yang berfingsi untuk mendistribusikan setiap
informasi dari neuron sensorik dan mengoordinasikan aktivitas motorik.
2.2.2 Sel Penyokong
1.
Neuroglia
Neuroglia adalah sel penyokong untuk
neuron-neuron SSP. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medulla spinalis. Neuroglia
jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar sepuluh
banding satu. Ada empat sel neuroglia yang berhasil di identifikasi yaitu ;
mikroglia,
ependimal, astroglia (astrosit), dan oligodendroglia (oligodendrosit).
a. Mikroglia
Sekitar 5%
dari sel-sel glia di SSP adalah mikroglia atau yang disebut dengan mesoglia, yaitu sekelompok sel efektor
imun dari sistem saraf
pusat. Mikroglia mempunyai sifat fagosit, bila jaringan saraf
rusak, maka sel-sel ini bertugas untuk mencerna sisa-sisa jaringan yang rusak. Selain itu, sebagai presentasi
antigen (antigen percenting) dan penghapusan neuron apoptosis dan
sel glial selama perkembangan
embrio. Sel jenis ini ditemukan diseluruh SSP dan di anggap berperan
penting dalam proses melawan infeksi. Mikroglia adalah bagian dari sistem kekebalan
tubuh seluler.
b.
Astroglia
Astroglia disebut juga dengan astrosit, (astro adalah bintang) merupakan sel glia terbesar.
Fungsi astrosit antara lain :
-
Sebagai barier sirkulasi darah ke otak. Kandungan dalam
sirkulasi tidak bisa bebas masuk ke dalam cairan interstisial SSP. Jaringan
neural harus terisolasi dari sirkulasi umum karena hormon dan beberapa kimia
darah akan menghambat fungsi dari neuron. Sel-sel endotelial dari
kapiler-kapiler SSP akan melakukan pertukaran kimia antara sirkulasi darah dan
cairan interstisial. Sel-sel ini disebut dengan barier darah-otak. Barier ini
terisolasi dari sirkulasi umum.
-
Memperbaiki kerusakan jaringan
neuron
Didalam SSP,
kerusakan dari jaringan neuron akan merusak fisiologis dari neuron. Fungsi dari
astrosit akan memperbaiki atau mencegah kerusakan lebih lanjut dari neuron.
-
Menjaga perubahan interstisial
c.
Ependimal
Ependimal adalah
neuroglia yang membatasi system ventrikel SSP. Sel-sel inilah yang merupakan
epitel dari pleksus koroideus ventrikel otak. sel ependymal,
jenis sel penyokong neuronal (neuroglia) yang
membentuk lapisan epitel ventrikel (rongga) di
otak dan kanal sentral dari
sumsum tulang belakang. Sel ependymal juga menimbulkan
lapisan epitel yang
mengelilingi pleksus koroidius,
jaringan pembuluh darah yang terletak di dinding ventrikel
lateral (dua ventrikel terbesar, yang terjadi
sebagai pasangan di belahan otak). Sel ependymal,
mirip dengan neuroglia lainnya yang berasal dari lapisan jaringan embrio yang dikenal sebagai neuroektoderm. Dalam ventrikel
sel ependymal memiliki
struktur mirip rambut kecil yang
disebut silia, pada permukaannya
menghadap ruang berongga dan berbaris. Silia
memiliki peran dalam pola terkoordinasi untuk mempengaruhi arah aliran cairan serebrospinal (CSS), membawa nutrisi
dan zat lain untuk neuron dan menyaring
molekul yang dapat mengganggu aktivitas neuron. Silia ependymal juga sebagai
distribusi neurotransmitter dan
bahan kimia lainnya ke neuron. Lapisan sel
ependymal yang berada sekitar pembuluh darah membantu fungsi pleksus koroidius
terutama untuk menghasilkan CSS.
d. Oligodendroglia
Oligodendroglia
atau oligodendrosit seperti astrosit memiliki silinder sitoplasma yang panjang
dan merupakan sel glia yang bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam SSP.
Setiap oligodendroglia mengelilingi beberapa neuro dan membrane plasmanya
membungkus tonjolan neuron sehingga membentuk selubung mielin. Mielin pada SST
di bentuk oleh sel-sel Schwann.
2. Sel Schwann
Sel
Schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi. Membran plasma sel
Schwann secara konsentris mengelilingi tonjolan neuron SST.
Mielin
merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi tonjolan
saraf. Mielin menghalangi ion natrium dan kalium melintasi membrane neuronal
dengan hampir
sempurna. Selubung mielin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan
terdapat celah-celah yang tidak memiliki mielin, yang disebut nodus renvier.
Tonjolan saraf pada SSP dan SST dapat bermielin atau tidak bermielin.
2.3
Penghantaran
Impuls Saraf
Apabila ada rangsangan atau sinyal listrik (stimulus)
maka sel saraf melalui reseptor (alat penghantar stimulus yang menerima
rangsangan) akan menunjukkan reaksinya yang disebut dengan respon. Sistem saraf mengirimkan sinyal listrik,
dengan membawa informasi dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Kemudian
stimulus akan dihantarkan ke efektor berupa otot, sel, atau kelenjar yang akan
menjawab rangsangan tersebut.
Ada dua cara yang dilakukan neuron sensorik untuk
menghantarkan impuls tersebut, yakni melalui sinapsis dan membran sel atau
membran plasma.
2.3.1 Transmisi Sinaps
1. Neurotransmitter
Neurotransmiter sendiri merupakan zat kimia yang disintesis dalam
neuron dan di simpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini
dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis dan juga di reabsorbsi untuk
daur ulang. Neurotransmitter
merupakan cara komunikasi antar neuron. Setiap neuron melepaskan satu
transmiter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron,
sehingga dengan bantuan zatzat kimia ini, neuron dapat lebih mudah dalam
menyalurkan impuls, tergantung dari jenis neuron dan transmiter tersebut (Ganong, 1999).
2. Perambatan Impuls saraf
Neuron
menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang
kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang
neuron dan bersifat kimia di antara neuron.
Setiap sinaps harus melibatkan dua neuron, impuls saraf tersebut
berjalan dari neuron prasinaps menuju neuron postsinaps. Setiap sinaps akan
melibatkan sel-sel postsinaps. Misalnya pertautan (junction) neuromuscular,
suatu jenis sinaps yang memiliki postsinaps berupa serabut otot rangka.
Pada setiap sinaps,
perubahan didalam potensial transmembran menyebabkan knob afek sinaps akan
memberikan aktivitas pada sel-sel lainnya. Sinaps bisa bersifat elektrik untuk
melakukan kontak antar sel atau bersifat kimia dengan melibatkan
neurotransmitter. Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh.
Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat
listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron.
Secara anatomis, neuron-neuron tersebut tidak bersambung satu sama
lain. Tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan
organ efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat dimana suatu
impuls dapat lewat dari satu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Agar proses
ini menjadi efektif, maka sebuah pesan tidak selalu harus melalui perjalanan melalui akson tetapi
bisa di transmisikan melalui jalan lain untuk menuju sel lainnya.


a. Sinaps Listrik
Sinaps-sinaps listrik terletak di system saraf pusat (SSP) dan system saraf tepi (SST) , tetapi
sinaps-sinaps tersebut jarang ada. Sinaps ini sering ada di pusat otak,
termasuk di vertibular nuklei, dan juga di temukan di mata dan sedikit di
ganglia SSP.
b.
Sinaps Kimia
Mekanisme dari sinaps kimia jauh lebih dinamis di bandingkan dengan sinaps
listrik , karena sel-sel tidak berpasangan. Sebagai contoh suatu potensial aksi
dapat dilakukan oleh sinaps listrik selalu melalui jalan mempropaganda sel-sel
selanjutnya. Tetapi pada sinaps kimia suatu potensial aksi dapat muncul dengan
atau melepaskan sejumlah neuro transmiter menuju neuron postsinaps. Kondisi ini
akan mengintervensi sel-sel postsinaps sehingga lebih sensitif terhadap
stimulus yang muncul.
2.3.2 Penghantaran
Impuls Saraf Melalui Membran Plasma
Di dalam neuron, sebenarnya terdapat membran plasma yang
sifatnya semipermeabel. Membran plasma neuron tersebut berfungsi melindungi
cairan sitoplasma yang berada di dalamnya. Hanya ion-ion tertentu akan dapat
bertranspor aktif melewati membran plasma menuju membran plasma neuron lain.
Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan
istirahat, sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif,
sedangkan cairan di luar membran bermuatan positif. Keadaan yang demikian
dinamakan polarisasi atau potensial istirahat. Perbedaan muatan
ini terjadi karena adanya mekanisme transpor aktif yakni pompa natrium-kalium.
Konsentrasi ion natrium (Na+) di luar membrane plasma dari suatu akson neuron
lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya, konsentrasi ion
kalium (K+) di dalamnya lebih besar daripada di luar. Akibatnya, mekanisme
transpor aktif terjadi pada membran plasma.
Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas
membran plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan permeabilitas
membran ini menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran, sehingga muatan
sitoplasma berubah menjadi positif. Fase seperti ini dinamakan depolarisasi atau potensial aksi.

Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati
membrane Fase ini dinamakan repolarisasi.
Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi dan depolarisasi akan
menimbulkan arus listrik. Kondisi depolarisasi ini akan berlangsung secara
terus-menerus, sehingga menyebabkan arus listrik. Dengan demikian, impuls saraf akan terhantar sepanjang
akson. Setelah impuls terhantar, bagian yang mengalami depolarisasi akan mengalami
fase istirahat kembali dan tidak ada impuls yang lewat. Waktu pemulihan ini
dinamakan fase refraktori atau undershoot.
2.4 Sistem Saraf Pusat
2.4.1 Otak (Ensefalon)
Otak merupakan organ yang paling mengangumkan dari seluruh organ.
Kita mengetahui bahwa seluru angan-angan, keinginan dan nafsu, perncanaan dan
ingatan merupakan hasil akhir dari aktivitas otak.
Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau sekitar 10miliar neuron yang menjadi
kompleks secara fungsional. Kisaran besar otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai
volume sekitar 1200cc (71in3). Ada pertimbangan variasi akan
besarnya ukuran otak, yaitu otak laki-laki lebih besar 10% dari perempuan dan
tidak ada korelasi antara besar otak dengan tingkat intelegensi. Seseorang dengan
ukuran otak kecil (7500cc) dan ukuran otak besar (2100cc) secara fungsional
adalah sama (simon dan custer , 1998). Otak lebih kompleks daripada batang
otak. Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang orang dewasa.
Otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen
tubuh dan sekitar 400 kilo kalori energy setiap harinya.
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam
seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi
glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa
melalui aliran darah adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap
dan kontinu, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik saja ,
maka kesadaran dapat hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat
menimbulkan kerusakan permanen. Hipoglikemia yang berkepanjangan juga merusak
jaringan otak. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti ini berkaitan dengan
fungsinya yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ
sensorik dan system efektor perifer tubuh, dan sebagi pengatur informasi yang masuk, menyimpan
pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku (price, 1995).
1.
Pelindung otak
Jaringan otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tulang terngkorak
dan tulang belakang, serta tiga lapisan jaringan penyambung atau meningen,
yaitu pia mater, arakhnoid, dan dura mater. Masing-masing merupakan suatu
lapisan yang terpisah dan kontinu. Antara lapisan pia mater dan arakhnoid
terdapat penghubung yang disebut trabekula. Dura mater juga disebut pakhimeni,
sedangkan pia mater dan arakhnoid bersama-sama disebut leptomening .
a.
Pia mater
Pia mater langsung berhubungan dengan otak dan jatingan spinal , dan
mengikuti kontur struktur eksternal otak dan jaringan spinal. Pia mater
merupakan lapisan vascular, tempat pembuluh-pembuluh darah berjalan menuju
struktur dalam SSP untuk memberi nutrisi pada jaringan saraf. Pia mater meluas
ke bagian bawah medulla spinalis (spinal cord) , yang seperti tela disebutkan sebelumnya, berakhir kira-kira
setinggi bagian bawah L1.

b.
Arachnoid
Arakhnoid merupakan suatu membran fibrosa yang tipis , halus dan
avaskular. Arachnoid meliputi otak dan medulla spinalis, tetapi tidak mengikuti
kontur luar seperti pia mater.
Daerah antara arachnoid dan pia mater disebut ruang sub arachnoid dimana terdapat
arteri, vena serebri dan trabekula arachnoid , dan cairan serebro spinal yang membasai
SSP. Ruang sub arakh noid ini mempunyai pelebaran-pelebaran yan disebut
sisterna. Sala satu pelebaran yang terbesar adalah sisterna lumbalis di daera
lumbal kolumna vertebralis. Bagian bawah lumbal (biasanya antara L3
– L4 atau L4 – L5 ) merupakan tempat yan
biasanya digunakan untuk mendapatkan cairan serebrospinal untuk pemeriksaan
lumbal pungsi.
c.
Duramater
Duramater merupakan suatu jaringan
liat, tidak elastis dan mirip kulit sapi, yang terdiri atas dua lapisan-bagian
luar yang disebut duraentosteal dan bagian dalam yang disebut dura meningeal.
Lapisan endosteal membentuk bagian dalam periosteum tengkorak dan berlanjut
sebagai periosteum yang membatasi kanalis vertebralis medulla spinalis.
Medulla spinalis dipertahankan
sepanjang kanalis vertebralis oleh 20 sampai 22 pasang ligamentum dentatum atau dentikulatum.
Ligamenta yang melekat pada dura mater dalam jarak-jarak tertentu ini,
merupakan perpanjangan lateral dari jaringan kolagen pia mater yang memisahkan
radiks dorsal dan radiks ventral (price,1995).
Hemisfer serebri kanan dan kiri
dipisahkan pada fisura longitudinal oleh plaks serebri. Tentorium serebri
memisahkan serebrum dari serebelum. Sinus-sinus vena terletak diantara kedua
lapisan dura mater di tempat-tempat dimana kedua lapisan tersebut memisah.
Sinus-sinus ini tidak mempunyai jaringan vascular dan terdiri atas dura mater
yang dilapisi oleh jaringan endotel.
Pada kerusakan vaskuler otak dapat terjadi pendarahan di ruang ekstradural atau epidural (antara duraendosteal dan tulang tengkorak), ruang sub dural (antara dura meningeal dan arachnoid), ruang subarachnoid (antara arachnoid dan pia mater) atau dibawah pia mater ke dalam otak sendiri. Garis fraktur yang melintasi salah satu alur tersebut dapat merusak arteri yang terletak didalamnya dan ini merupakan penyebab tersering dari ekstradural hematoma atau epidural hematoma.
Pada kerusakan vaskuler otak dapat terjadi pendarahan di ruang ekstradural atau epidural (antara duraendosteal dan tulang tengkorak), ruang sub dural (antara dura meningeal dan arachnoid), ruang subarachnoid (antara arachnoid dan pia mater) atau dibawah pia mater ke dalam otak sendiri. Garis fraktur yang melintasi salah satu alur tersebut dapat merusak arteri yang terletak didalamnya dan ini merupakan penyebab tersering dari ekstradural hematoma atau epidural hematoma.
Ekstradural hematoma terjadi jika
kepala terpukul di daerah parito temporal sehingga merusak arteri meningea
media, yang merupakan penyebab ekstra dural hematoma yang paling sering.
Sub dural hematoma sering kali di
sebabkan kerusakan pembuluh vena yang melintasi ruang dural, sedangkan
perdarahan intra serebri terjadi apabila pembuluh darah yang menembus otak
rusak, sehingga darah masuk ke dalam jaringan otak itu sendiri. Kulit kepala merupakan
struktur tambahan lain yang juga harus di pertimbangkan sebagai salah satu
penutup SSP. Kulit kepala yang melapisi otak dan melekat pada tengkorak melalui
otot frontalis dan oksipitalis merupakan jaringan ikat pada fibrosa yang dapat
bergerak dengan bebas, yang dinamakan galea aponeurotika ( dalam bahasa
latin”galea” berarti “helm”).
Glia membantu meredam kekuatan trauma eksternal, trauma pukulan yang tidak tepat. Tanpa lindungan kulit kepala, tengkorak jauh lebih rentan terhadap fraktur. Diatas galea terdapat lapisan membrane yang mengandung banyak pembuluh darah besar lapisan lemak, kulit, dan rambut. Bila sobek, maka pembuluh-pembuluh darah tersebut tidak dapat berkontriksi dengan baik, yang menyebabkan perdarahan hebat namaun dapat di control dengan menekannya dengan jari (price,1995).
Glia membantu meredam kekuatan trauma eksternal, trauma pukulan yang tidak tepat. Tanpa lindungan kulit kepala, tengkorak jauh lebih rentan terhadap fraktur. Diatas galea terdapat lapisan membrane yang mengandung banyak pembuluh darah besar lapisan lemak, kulit, dan rambut. Bila sobek, maka pembuluh-pembuluh darah tersebut tidak dapat berkontriksi dengan baik, yang menyebabkan perdarahan hebat namaun dapat di control dengan menekannya dengan jari (price,1995).
2.
Cairan Serebrospinal (CSS)
Dalam setiap ventrikel terdapat
struktur sekresi khusus yang dinamakan pleksus koroideus. Pleksus koroideus
inilah yang menyekresi CSS yang jernih dan tak berwarna, yang merupakan bantal
cairan pelindung disekirtar SSP. CSS terdiri atas air, elektrolit, gas oksigen,
dan karbondioksida yang terlarut, glukosa, beberapa leukosit ( terutama
limposit), dan sedikit protein (price,1995).
Cairan
serebrospinal juga disebut dengan CSF (Cerebrospinal Fluid). Cairan ini berbeda dari cairan ektraselular lainya karena cairan ini
mengandung kadar natrium dan krolida yang lebih tinggi, sedangkan kadar glukosa
dan kalium lebih rendah. Ini menunjukan bahwa pembentukannya lebih bersifat sekresi bukan
hanya filtrasi.
Setelah mencapai ruang subarachnoid,
maka CSS akan bersikulasi disekitar otak dan medulla spinalis, lalu keluar menuju
sistem
vascular (SSP tidak mengandung system getah bening). Sebagian besar CSS
direabsorpsi kedalam darah melalui struktur khusus yang disebut villi
arakhnoidalis atau granolasio arakhnoidalis, yang menonjol dari ruang
subarachnoid kesinus sagitalis superior otak.
CSS diproduksi dan direabsorpsi terus
menerus dalam SSP. Volume total CSS diseluruh rongga serebrumspinal sekitar
125ml, sedangkan kecepatan sekresi, spleksus koroideus sekitar 500-750ml/hari.
Adanya tekanan arah cairan serebrum spinal memengaruhi kecepatan proses pembentukan
cairan dan resistensi reabsorpsi oleh villi arakhnoidalis. Tekanan CSS sering
di ukur pada saat lumbal pungsi dan pada posisi telentang biasanya berkisar
antara 130mmH2O (13mmHg) (price, 1999). Fungsi CSS antara lain :
·
Sebagai alas atau bantalan dari
struktur neuron
·
Sebagai penyangga dari otak.
Secara anastomis otak berada dalam rongga cranium dan
mengapung didalam cairan serebrospinal. Otak manusia mempunyai berat sekitar 1400g dan
hanya seberat 50g apabila mendapat sanggahan dari CSS.
mengapung didalam cairan serebrospinal. Otak manusia mempunyai berat sekitar 1400g dan
hanya seberat 50g apabila mendapat sanggahan dari CSS.
·
Transportasi nutrisi, pesan
kimia, dan produk sisa
3.
Ventrikel
Ventrikel merupakan rangkaian dari
empat rongga dalam otak yang saling berhubungan dan di batasi oleh ependimal
(semacam epitel yang membatasi semua rongga otak dan medulla spinalis dan
mengandung CSS. Pada setiap hemisfer serebri, terdapat satu ventrikel lateral.
Ventrikel ketiga terdapat dalam diensefalon. Ventrikel keempat dalam pons dan
medulla oblongata. Ventrikel lateral mempunyai hubungan dengan ventrikel ketiga
melalui sepasang foramen – interventrikularis (foramen monro).
Ventrikel ketiga dan keempat
dihubungkan melalui suatu saluran sempit didalam otak tengah yang dinamakan
akueduktus silvius. Pada ventrikel keempat terdapat tiga lubang sepasang
foramen Luschka di lateral dan satu foramen Magendie di medial , yang berlanjut
ke ruang subarachnoid otak dan medulla spinalis ( simon, 2003).
4.
Bagian Otak
Otak merupakan
pusat koordinasi utama, terletak di rongga kepala dan dilindungi oleh tempurung
kepala. Jutaan saraf menghubungkannya dengan seluruh
tubuh, syaraf tersebut membawa pesan baik menuju otak atau dari otak. Beratnya
sekitar 1,6 kg pada laki-laki dan 1,45 kg pada perempuan. Perbedaan ini terjadi
semata-mata karena bentuk otak laki-laki yang lebih besar dan berat. Sementara,
berat ini tidak terkait dengan kecerdasan seseorang. Namun, banyaknya jumlah
hubungan sel dalam otaklah yang menunjukkan kecerdasan. Saat masih embrio, otak
manusia terdapat tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
Setelah dewasa, otak depannya terbagi menjadi telensefalon dan diensefalon.
Sementara, otak belakangnya terbagi menjadi metensefalon dan mielensefalon.
Bagian dorsal metensefalon membentuk serebelum, sedangkan mielensefalon menjadi
medula oblongata. Antara bagian tengah sumsum tulang belakang dan otak terdapat
saluran yang saling berhubungan, yang disebut ventrikel.
Ventrikel membagi otak menjadi empat
ruangan. Di dalam ventrikel, terdapat cairan serebrospinal yang dapat bertukar
bahan dengan darah dari pembuluh kapiler pada otak. Menurut
strukturnya, bagian utama otak adalah otak besar
(Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak (termasuk medula oblongata, pons dan otak tengah). Sedangkan menurut posisinya, otak terbagi atas
tiga bagian yaitu otak belakang (Rombesenfalon) termasuk medula oblongata dan serebellum, otak tengah (mesensefalon) dan otak depan (diensefalon).
![]() |
a.
Cerebrum (Otak Besar)
Area atau wilayah tebesar dari otak adalah serebrum. Serebrum
merupakan pusat pengendali kegiatan yang disadari. Serebrum terbagi menjadi dua belahan (hemisfer),
yaitu hemisfer kanan dan kiri. Hemisfer kanan dan kiri
yang di bagi oleh suatu lekuk atau celah dalam yang disebut fisura
longitudinalis mayor. Kedua hemisfer saling dihubungkan oleh suatu pita serabut
lebar yang disebut korpus kalosum. Hemisfer serebri kanan mengatur bagian tubuh
sebelah kiri dan hemisfer serebri kiri
mengatur bagian tubuh kanan. Konsep fungsional ini disebut pengendalian
kontralateral. Serebrum terdiri atas
korteks dan medula.
Korteks serebral berada pada permukaan luar serebrum, lapisan tipis berwarna abu-abu karena mengandung banyak badan sel saraf dan mempunyai banyak lipatan yang disebut giri (tunggal girus). Susunan seperti ini memungkinkan permukaan otak menjadi luas (diperkirakan luasnya 2200cm) untuk berada di dalam rongga tengkorak yang sempit. (Arif Muttaqin, 2008 : 23)
Korteks serebral berada pada permukaan luar serebrum, lapisan tipis berwarna abu-abu karena mengandung banyak badan sel saraf dan mempunyai banyak lipatan yang disebut giri (tunggal girus). Susunan seperti ini memungkinkan permukaan otak menjadi luas (diperkirakan luasnya 2200cm) untuk berada di dalam rongga tengkorak yang sempit. (Arif Muttaqin, 2008 : 23)
Korteks berkaitan dengan sinyal saraf
berasal dari
dan menuju
berbagai bagian tubuh. Karenanya, pada korteks serebrum terdapat area sensorik yang menerima impuls
dari reseptor pada indra. Di samping itu, bagian tersebut terdapat juga area motorik yang mengirimkan perintah
pada efektor. Selain itu, terdapat terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motorik dan sensorik serta
berperan dalam berbagai aktivitas. Korteks merupakan pusat berbagai kegiatan
(penglihatan, kesadaran, kecerdasan, pendengaran dan penciuman. Sedangkan pada bagian dalam terdapat lapisan tebal yang berwarna putih yaitu medulla, karena
mengandung dendrit dan akson.
Disini terletak pusat-pusat saraf
yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik, juga sebagai pusat pengatur berbagai kegiatan
(penglihatan, kesadaran, kecerdasan, pendengaran dan penciuman. Sedangkan medula adalah lapisan tebal dan
berwarna putih karena banyak mengandung serabut saraf (dendrit dan akson).
Pada bagian tengah
korteks otak, terdapat alur dalam membagi dua hemisfer menjadi 4 lobus yaitu :
· Lobus frontalis
Merupakan bagian depan, berada pada bagian dahi. Lobus frontalis adalah area dari korteks serebrum yang terletak di
depan sulkus sentralis ( suatu fisura atau alur) dan di dasar sulkus lateralis.
Bagian ini mengandung daerah-daerah motorik dan pramotorik. Berperan sebagai sebagai pusat berpikir, berbicara dan pengendalian otot. Banyak area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi dari
seluruh otak dan menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi pikiran,
rencana, dan perilaku.
Lobus
frontalis bertanggung jawab untuk perilaku bertujuan, menentukan keputusan
moral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus frontalis memodifikasi
dorongan-dorongan emosional yang dihasilkan oleh system limbik dan refleks-refleks
vegetative dari batang otak. Badan-badan sel di daerah motorik primer lobus frontalis mengirim
tonjolan-tonjolan akson ke medula spinalis, yang sebagian besar berjalan dalam
jalur yang disebut sebagai system piramidalis.
Pada system piramidalis, neuron-neuron motorik menyeberang ke sisi yang berlawanan. Informasi motorik dari sisi korteks serebrum menuju ke sisi kanan medula spinalis dan mengendalikan gerakan motorik menyebrang ke sisi kanan tubuh, demikian sebaliknya. Akson-akson lain dari daerah motorik berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis. Serabut saraf ini mengendalikan gerakan motorik halus dan berjalan di luar pyramid ke medula spinalis.
Pada system piramidalis, neuron-neuron motorik menyeberang ke sisi yang berlawanan. Informasi motorik dari sisi korteks serebrum menuju ke sisi kanan medula spinalis dan mengendalikan gerakan motorik menyebrang ke sisi kanan tubuh, demikian sebaliknya. Akson-akson lain dari daerah motorik berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis. Serabut saraf ini mengendalikan gerakan motorik halus dan berjalan di luar pyramid ke medula spinalis.

· Lobus temporalis
Merupakan bagian samping, berada pada
bagian pelipis. Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke
bawah dari fisura lateralis dan kesebelah posterior dari fisura
parieto-oksipitalis. Lobus temporalis adalah area asosiasi primer untuk informasi
auditorik dan tempat interprestasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam
interpretasi penyimpanan ingatan.
· Lobus parietalis
Merupakan bagian
antara depan-belakang, berada pada bagian ubun-ubun. Berperan sebagai pusat sentuhan dan gerakan. Lobus parietalis adalah
daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis dan meluas ke belakang
menuju fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik primer
otak untuk sensasi peraba dan pendengaran. Sel-sel lobus parietalis bekerja
sebagai area asosiasi sekunder untuk menginterprestasikan rangsangan-rangsangan
yang datang. Lobus parientalis menyampaikan informasi sensorik ke banyak daerah
lain di otak, termasuk daerah asosiasi motorik dan visual di sebelahnya.
·
Lobus
Oksipitalis
Lobus
oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Merupakan bagian belakang, berada pada bagian
belakang kepala. Lobus ini terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis yang
memisahkannya dari serebellum. Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama atau sebagai pusat penglihatan. Lobus ini
menerima informasi yang berasal dari retina mata.
b. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak kecil
terbagi menjadi dua, yaitu belahan kiri dan kanan. Diantara kedua belahan serebelum
terdapat suatu bagian yang berisi serabut saraf, yang dinamakan dengan jembatan varol (pons varolii). Fungsinya
ialah menghantarkan impuls dari bagian kiri dan kanan otak kecil. Selain itu,
jembatan varol juga menghubungkan korteks otak besar dengan otak kecil, dan
antara otak depan dengan sumsum tulang belakang. Otak
kecil mengatur keseimbangan tubuh dan pusat koordinasi kerja otot ketika
aktivitas dibawah kesadaran. Memungkinkan kita belajar
gerakan yang terlatih dan saksama, seperti
bermain musik tanpa berpikir.
c. Batang otak (Brain Stem)
Tersusun
dari medula oblongata (sumsum lanjutan), pons, dan otak tengah. Struktur tersebut mengatur proses vital
tubuh seperti denyut jantung, tekanan darah, bernafas dan proses tak sadar lainnya. Batang otak terletak di depan otak kecil, di
bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak kecil.
Batang otak disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. Batang
otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna kelabu
karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan
dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti
kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain
yang tidak disadari.
Bagian-bagian
yang dihubungkan dengan syaraf tulang belakang adalah bagian otak
belakang, seluruh otak tengah dan bagian otak depan. Pada batang otak inilah
seluruh informasi yang masuk kedalam dan keluar dari otak dengan saling besilangan. Bagian kanan tubuh diatur oleh bagian otak kiri dan sebaliknya bagian
tubuh kiri di atur oleh bagian otak kanan.

-
Medula Oblongata
Medula oblongata atau sumsum lanjutan,
berlokasi didasar batang otak merupakan lanjutan dari bagian atas spinal cord. Medula
oblongata terdiri dari dua bagian yaitu substansia
grisea dan substansia alba. Mengandung banyak serabut saraf dan berperan
penting dalam mengontrol frekuensi jantung, tekanan darah, respirasi dan
kemampuan menelan. Fungsi tersebut dikelompokkan dalam tabel sebagai berikut :
Subdivisi
|
Area
|
Fungsi
|
Substansia
grisea
|
Nukleus
gracili
Nukleus
koneatus
|
Sebagai
transmiter sensorik yang penting dan informasi somatis ke talamus.
|
Nukleus
olivari
|
Sebagai
transmiter informasi dan red nucleus, nukeus otak tengah, dan korteks serebri
ke serebellum.
|
|
Pusat
refleks
|
||
Pusat
pengatur kardiovaskuler
|
Regulasi
denyut janung dan kekuatan kontraksi jantung.
|
|
Pusat
vasomotor
|
Regulasi
distribusi aliran darah.
|
|
Pusat
ritmisitas pernapasan
|
Mengatur
pergerakan respirasi.
|
|
Nukleus
lainnya
|
Sensorik
dan motorik dari 5 saraf kranial.
|
|
Nukleus
menyampaikan informasi dari sensorik asending dari medula spinalis ke pusat
yang lebih tinggi.
|
||
Substansia
alba
|
Traktus
asending dan desending
|
Penghubung
otak dengan medula spinalis.
|
-
Pons
Merupakan bagian sumsum lanjutan
yang menghubungkan otak dan berperan sebagai pusat pernapasan. Pons (dalam bahasa latin berarti “jembatan” ) berbentuk jembtan
serabut-serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serbellum, serta menghubungkan mesensefalon di sebelah atas
dengan medulla oblongata. Pons merupakan mata rantai pnghubung yang penting pada jaras
kortikoserebelaris yang menyatukan hemisfer serebri dan serebellum. Bagian
bawah pons berperan dalam pengaturan pernapasan,.
Terdapat nukleus saraf kranial V (trigeminus), VI (abdusen), dan VII (fasial). Pons juga memiliki peran penting sebagai
pengatur tingkat kesadaran dan tidur. Beberapa struktur dalam pons terkait
dengan otak kecil, sehingga terlibat dalam gerakan dan postur.
- Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak antara diensefalon dan
pons. Merupakan pusat pendengaran dan refleks penglihatan. Selain itu,
berfungsi sebagai jalur persarafan antara hemisfer otak dengan bagian bawah
otak. Salah satu nukleus pada substansia
grisea pada otak tengan berasosiasi degan dua syaraf
kranial (N III dan N IV).
Dalam
mengatur tingkat kesadaran dilakukan oleh formasi letikular dalam bagian bawah otak tengah yang mengelola informasi, melakukan proses secara ototmatis dari sensasi yang masuk dan mengeluarkan perintah
motorik dapat menjadi inisiatif respons motorik involunter terhadap stimulus. Jalur syaraf dari seluruh tubuh yang berujung padanya, secara terus
menerus memberikan aliran sinyalnya. Selanjutnya formasi letikularis membagi sinyal-sinyal itu kepada titik yang cocok pada bagian otak
untuk diolah dan memberikan reaksi. Jika fungsi ini menurun atau terhambat, bagian korteks otak menjadi tidak aktif dan kita akan kehilangan
kesadaran yang diawali dengan rasa
pusing.
Selain formasi letikularis,
terdapat substansia nigra pada bagian bawah otak tengan. Diduga bahwa substansia nigra ini mempunyai peran sebagai inhibitor
komplek terhadap daerah-daerah yang dihubunginya. Lesi pada substansia nigra
dapat mengakibatkan kekakuan otot, tremor halus pada waktu istirahat. Menurunnya dopamin (neurotransmiter) yang
berhubungan dengan substansia nigra inilah yang menyebabkan gejala dari penyakit Parkinson yang
khas yaitu tremor.
d. Otak Depan (Diensefalon)
Diensefalon
adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur di sekitar ventrikel
ketiga dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Diensefalon biasanya
dibagi menjadi 4 wilayah, yaitu thalamus, subtalamus, epitalamus , dan
hipotalamus. Diensefalon memproses rangsang sensorik dan membantu memulai atau
memodifikasi reaksi tubuh terhadap rangsang-rangsang tersebut. (Arif Muttaqin, 2008)
· Talamus
Thalamus merupakan sebuah massa
besar dari materi abu-abu terletak mendalam di otak bagian depan di bagian
paling atas dari diensefalon. Struktur ini memiliki fungsi sensorik dan
motorik. Hampir semua informasi sensorik memasuki struktur ini di mana neuron
mengirim informasi tersebut ke korteks atasnya. Akson dari setiap sistem sensorik
(kecuali penciuman) menempel di sini sebagai situs estafet terakhir sebelum
informasi tersebut mencapai korteks serebral. Talamus berfungsi menerima semua
rangsangan kecuali bau dan meneruskannya ke area sensorik otak besar.
·
Subtalamus
Subtalamus
merupakan nucleus ekstrapiramidal diensefalon yang penting. Subtalamus
mempunyai hubungan dengan nucleus ruber, subtansia nigra, dan globus palidus
dari ganglia basalis. Fungsinya belum jelas diketahui, tetapi lesi pada
substalamus dapat menimbulkan diskinensia dramatis yang disebut hemibalismus.
·
Epitalamus
Epitalamus
berbentuk pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap diensefalon. Struktur
utama daerah ini adalah nucleus habenular dan komisura,komisura prosterior,
striae medularis, dan epifisis. Epitalamus berhubungan dengan system limbic dan
sedikit berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan intergrasi informasi
olfaktorius. Epifisis menyekresi melatonin dan membantu mengatur irama
sirkadian tubuh serta menghambat hormone-hormon gonadotropin.
· Hipotalamus
Hipotalamus merupakan bagian dari
diencephalon, ventral ke talamus. Struktur ini terlibat dalam fungsi
homeostasis, emosi, kehausan, kelaparan, irama sirkadian, dan kontrol dari
sistem saraf otonom. Selain itu, ia mengendalikan hipofisis. Hipotalamus
berkaitan dengan pengaturan suhu dan nutrien, penjagaan kesadaran dan
penumbuhan sikap agresif. Beberapa fungsi dari
hipotalamus meliputi:
-
Pengendalian secara tidak sadar
dari kontraksi otot-otot skeletal.
Hipotalamus secara langsung
berasosiasi dengan somatic motorik terhadap respon dari emosional
seperti marah, senang, sakit, respon sksual dengan menstimulasi pusat control
otak. Contohnya adalah perubahan dari ekspresi wajah dengan respon s yang
sesuaia dengan stimuli yang didapat.
-
Pengendalian fungsi otonom
Penyesuaian dan koordinasi dari
hipotalamus terhadap aktivitas pusat otonom di dalam pons dan medulla oblongata
akan mengatur denyut jantung, tekanan darah, respirasi, dan fisologis saluran
cerna.
-
Koordinasi aktivitas system
persyarafan dan endokrin
Koordinasi ini dilakukan dengan
menghambat atau menstimulasi sel-sel kelenjar hipofisis untuk memproduksi
hormone regulator.
-
Sekresi hormon
Hipotalamus menyekresi 2 hormon, yaitu
hormon
antidiuretik (ADH) dan Hormon oksitosin. Hormon-hormon ini ditransportasikan pada sepanjang akson-akson yang
melewati infundibulum menuju kelenjar hipofisis posterior dan dilepaskan ke
sirkulasi.
-
Menghasilkan dorongan emosi dan
perilaku
Pusat hipotalamus secara spesifik
memproduksi sensasi secara sadar atau tidak sadar akan perubahan perilaku.
-
Koordinasi antara fungsi otonom
dan volunteer
Ketika kita mengalami situasi bahaya
atau stress, maka denyut jantung dan frekuensi pernapasan meningkat untuk
menyesuaikan kondisi tubuh terhadap situasi darurat.
-
Mengatur suhu tubuh
Area preoptik memelihara suhu tubuh
dalam kondisi normal. Apabila suhu tubuh turun maka area preoptik akan mengirim
instruksi ke pusat vasomotor di medulla dan control aliran darah akan mengatur
diameter pembuluh darah perifer menjadi vasokonstruksi untuk menurunkan
kehilangan panas tubuh.
5.
Suplai darah
SSP juga seperti jaringan tubuh
lainnya sangat tergantung pada aliran darah memadai untuk nutrisi dan
pembuangan sisa-sisa metabolismenya. Suplai darah arteri ke otak merupakan
suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-cabang saling berhubungan
erat sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel.
Suplai darah ini dijamin oleh
dua pasang arteri yaitu arteri vertebralis dan arteri karotis interna yang
memiliki cabang-cabang yang beranastomosis membentuk sirkulus arteriosus
serebri willisi.
Aliram
vena otak tidak selalu pararel degan suplai darah arteri, pembuluh vena
meninggal otak melalui sinus duramater yang besar dan kembali bersikulasi umum
melalui vena jugularis interna. Arteri medulla spinalis dan system vena pararel
satu sama lain dan mempunyai hubungan percabangan yang luas untuk mencukupi
suplai darah ke jaringan.
a.
Arteri karotis
Arteri karotis interna dan eksterna
bercabang dari arteri karotis komunis kira-kira setinggi kartilago stiroid. Arteri karotis
komunis kiri langsung bercabang dari askus aorta, sedangkan arteri komunis
kanan berasal dari arteri brakiosefalika (merupakan sisa dari arkus aorta kanan
yang panjangnya 1inci). Arteri karotis eksterna memperdarai wajah, tiroid, lidah,
dan faring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu arteri menigea media ,
memperdarai struktur-struktur dalam di daerah wajah dan mengirimkan satu cabang
yang besar ke dura mater. Arteri karotis interna yang sedikit berdilatasi tepat
setelah percabangannya disebut sinus karotikus. Arteri karotis interna masuk ke
dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri
serebri anterior dan media.
b.
Arteri serebri
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada
struktur-struktur seperti nucleus taudatus dan putamen basal ganglia,
bagian-bagian kapsula interna dan korpus kolasum serta bagian-bagian (terutama
medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan
korteks motorik. Bila serebri anterior mengalami sumbatan pada cabang utamanya
, maka akan terjadi hemiplegia kontralateral yang lebih berat di bagian kaki
dibandingkan bagian tangan (ekstremitas bawah lebih terkena dibandingkan dengan
ekstremitas atas).
Paralisis bilateral dan gangguan
sensorik timbul bila terjadi sumbatan total pada kedua arteri serebri anterior,
tetapi pada keadaan ini pun ekstremitas bawah terserang lebih parah
dibandingkan dengan ekstremitas atas. Arteri serebri media menyuplai darah
untuk bagian lobus temporalis, parietalis, dan frontalis korteks serebri, serta
membentuk penyebaran pada permukaan lateral yang menyerupai kipas. Korteks
auditorius , somestik, motorik, dan pramotorik disuplai oleh arteri ini seperti
juga korteks asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi
pada lobus sentralis tersebut.
Apabila arteri serebri media
tersumbat di dekat percabangan kortikal utamanya (pada cabang arteri) dapat
menimbulkan afasia berat bila terkena hemisfer serebri dominan bahasa. Selain
itu , juga mengakibatkan kehilangan sensasi posisi dan diskriminasi taktil dua
titik kontralateral serta hemiplegia kontralateral yang berat, terutama
ekstremitas atas dan bawah.(price, 1995)
c.
Drainase vena otak
Aliran vena batang otak dan
serebellum berjalan dengan distribusi pembuluh arterinya. Sebagian besar
drainase vena serebrum adalah melalui vena-vena dalam, yang mengalirkan darah
ke sinus-sinus dura mater. Akhirnya, sinus-sinus ini mengalirkan darah ke vena
jugularis interna pada dasar tengkorak dan bersatu dengan sirkulasi umum.
Sinus-sinus dura mater terdiri atas sinus sagitalis superior dan inferior,
sinus sigmoideus transversus (lateral), sinus rektus, dan sinus kavernosus.
d.
Suplai Darah Medula Spinalis
Medulla spinalis menerima darah
melalui cabang-cabang arteri vertebralis (arteri spinatis anterior dan
posterior serta cabang-cabangnya) dan dari pembuluh-pembuluh segmental regional
yang berasal dari aorta torakalis dan abdominalis (arteri radikularis dan
cabang-cabangnya). Dari tempat percabangannya pada arteri vertebralis di
sepanjang medulla , arteri spinalis anterior dan posterior berjalan menuju
medulla spinalis.
2.4.2
Sumsum
Tulang Belakang (Medula Spinalis)
Merupakan perpanjangan
dari sistem saraf pusat. Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan
kumpulan sistem saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Seperti
halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala yang
keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang
belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang
yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan
luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung
serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf.
Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.
Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.
![]() |
Bila sumsum tulang belakang ini mengalami
cidera ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya,
bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota
gerak bawah (kaki). Merupakan sambungan dari sumsum lanjutan sampai
vertebra lumbalis. Sumsum tulang belakang
berperan dalam gerak reflek (tak sadar). Sumsum
tulang belakang terdiri dari dua bagian, yaitu:
- Ventral (mengarah ke
perut)
Ventral mengandung badan neoron motorik dan
neuritnya kearah efektor
- Dorsal (mengarah ke
punggung)
Dorsal mengandung badan neoron sensorik
2.5 Sistem Saraf Tepi
Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak (kranial)
dan serabut saraf sumsum tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari
otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang keluar
dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan
menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan
sebagainya.
Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik (aferen)
dan motorik (eferen) yang membawa impuls
dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara
kerjanya, yaitu saraf somatik dan otonom.
2.5.1 Saraf Kranial
Saraf cranial
langsung berasal dari otak dan meninggalkan tenggiorok melalui lubang-lubang
pada tulang yang disebut foramina (tunggal, foramen). Terdapat 12 pasang saraf
cranial yang dionyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf
tersebut adalah olfactorius (I), optikus (II), okulomotorius (III), troklearis
(IV), trigeminus (V), abdusens(VI), fasialis(VII), vestibulokoklearis (VIII),
glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius(XI), hipoglosus (XII).

Saraf
cranial I, II, dan VIII merupakan saraf sensorik. Saraf cranial III, IV, XI, dan XII terutama
merupakan saraf motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot
yang di persarafinya. Saraf cranial V,VII dan X merupakann saraf campuran. Saraf cranial III, VII, dan X juga mengandung
beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis system saraf otonom .
2.5.2 Saraf Spinal
Saraf spinal pada manusia dewasa memiiki
panjang sekitar 45cm dan lebar 14mm.
pada bagian permukaan dorsal dari saraf spinal, terdapat alur yang dangkal
secara longitudinal dibagian medial posterior
berupa sulkus dan bagian yang dalam dari anterior berupa fisura.
Medulla spinalis terdiri atas 30 segmen
jaringan saraf dan masing-masing
memiliki sepasang saraf spinal yang keluar kanalis vertebralis melalui
foramen intervertebra (lubang pada tulang vertebra). Saraf
spinal mengandung saraf sensorik dan motorik. Serabut sensorik terletak pada
akar dorsal dan badan sel pada ganglion. Sedangkan saraf motorik berada pada
bagian akar depan dan badan selnya didalam spinal cord. Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan foramen intervertebra
tempat keluarnya saraf-saraf tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang
keluar diantara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama.
Dengan
demikian, terdapat 8 pasang saraf servikal, 12 pasang saraf torakolis, 5 pasang saraf
lumbalis, 5 pasang saraf sakralis, dan 1 pasang saraf koksigis. Pengenalan
distribusi saraf spinal yang keluar sesuai dengan foramen
intervetebra dapat membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan saraf spinal, menurut gangguan distribusi
saraf yang keluar.


2.5.3
Saraf
Somatik
Sistem Saraf Sadar bekerja atas
dasar kesadaran dan keinginan kita. Aktivitas sadar seperti makan, menulis,
berbicara, maka saraf somatik yang mengkoordinirnya. Saraf ini meneruskan
impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem
saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang
saraf kranial yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari
sumsum tulang belakang. Saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf
sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain
sebagai berikut.
a. Saraf olfaktori (I), saraf
optik (II), dan saraf auditori (VIII). Saraf-saraf ini
merupakan saraf sensori.
b. Saraf okulomotori (III),
troklear (VI), abdusen (VI), spinal (XI), hipoglosal
(XII). Kelima saraf tersebut merupakan
saraf motorik.
c. Saraf trigeminal (V),
fasial (VII), glossofaringeal (IX), dan vagus (X).
Keempat saraf tersebut merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan
motorik.
2.5.4
Saraf
Otonom
Sistem saraf tak sadar merupakan sistem saraf yang bekerja
tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak kita. System saraf otonom (SSO) merupakan system saraf campuran. Serabut-serabut
aferennya membawa input dari organ-organ visceral. Contoh
gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan pupil mata, gerak
alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Saraf
eferen motorik SSO mempersarafi otot
polos, otot jantung, dan kalenjar-kalenjar visceral serta interaksinya dengan
lingkungan internal.
Kerja saraf otonom ternyata dipengaruhi oleh
hipotalamus di otak. Apabila hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh
terhadap gerak otonom antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil
mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan. Sebagian
besar jaringan dan organ-organ dibawah
kendali otonom dari kedua system ini.mediator stimulus simpatis adalah norepinefrin, sedangkan mediator
impuls parasimpatis adalah asetikolin.
Kedua zat kimia ini mempunyai pengaruh yang berlawanan. Sistem saraf otonom ini
dibedakan menjadi dua yaitu saraf simpatik dan parasimpatik.
a. Saraf Simpatik (Saraf torakolumbar)
Saraf ini terletak di depan ruas
tulang belakang. Saraf preganglion ini keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan
ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf
yang terdapat di sumsum tulang belakang yang terletak di sepanjang
tulang belakang sebelah depan, dimulai dari ruas tulang leher sampai tulang
ekor. Masing-masing simpul saraf dihubungkan dengan
sistem saraf spinal yang keluar menuju organ-organ tubuh seperti
jantung, paru-paru, ginjal, pembuluh darah, dan pencernaan. Fungsi saraf ini terutama untuk memacu kerja organ
tubuh, walaupun ada beberapa yang menghambat kerja organ tubuh. Fungsi memacu,
antara lain mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata, memperbesar
bronkus.
Adapun fungsi yang menghambat, antara lain
memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi
kantung seni. Fungsi dari sistem saraf simpatik
adalah sebagai berikut mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah, memperlebar
bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak
peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi
ludah, meningkatkan sekresi adrenalin
b. Sistem Saraf Parasimpatik
(Saraf Kraniosakral)
Saraf preganglion
keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubungan dengan ganglion
yang tersebar di seluruh tubuh. Saraf ini memiliki fungsi
kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf simpatik. Saraf parasimpatik menuju organ
yang dikendalikan
oleh saraf simpatik, sehingga bekerja pada efektor
yang sama. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai
oleh susunan saraf simpatik.
Sistem
saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem
saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik
berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf
parasimpatik akan memperlambat denyut jantung. Saraf parasimpatik memiliki fungsi antara lain
menghambat detak jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus,
mempercepat kerja alat pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat
kontraksi kantung seni. Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan, inilah
yang membuat keadaan koordinasi tubuh kita yang normal.
Saraf Kranial |
Komponen
|
Fungsi
|
I Olfaktorius
|
Sensorik
|
Penciuman
|
II Optikus
|
Sensorik
|
Penglihatan
|
III Ukulomotorius
|
Motorik
|
Menggangkat
kelopak mata atas
Kontriksi
pupil
Sebagian
besar gerakan ekstraokuler
|
IV Troklearis
|
Motorik
|
Gerakan
mata kebawah dan kedalam
|
V Trigeminus
|
Motorik
|
Otott
temporalis dan maseter (menutup rahang dan menguyah) gerakan rahang ke
lateral
|
Sensorik
|
·
Kulit wajah, dua pertiga
depan kulit kepala, mukosa mata,mukosa hidung dan rongga mulut, lidah dan
gigi
·
Refleks kornea atau refleks
mengedip, komponen sensorik dibawah oleh saraf cranial V, respons motorik
melalui saraf cranial VII
|
|
VI Abdusens
|
Motorik
|
·
Deviasi mata ke lateral
|
VII Fasialis
|
Motorik
|
·
Otot-otot ekspresi wajah
termasuk otot dahi, sekeliling mata serta mulut.
·
Lakrimasi dan salvias
|
Sensorik
|
Pengecapan
dua pertiga depan lidah (rasa, manis, asam, dan asin)
|
|
VIII Cabang
vestibularis
vestibulokoklearis
|
Sensorik
|
Keseimbangan
|
Cabang koklearis
|
Sensorik
|
Pendengaran
|
IX Glosofaringeus
|
Motorik
|
Faring : menelan, refleks muntah
Parotis : salvias
|
Sensorik
|
Faring,
lidah posterior, termasuk rasa pahit
|
|
X Vagus
|
Motorik
|
Faring,
faring : menelan, refleks muntah,
fonasi; visera abdomen
|
Sensorik
|
Faring,
faring : refleks muntah; visera leher,
thoraks dan abdomen
|
|
XI Asesorius
|
Motorik
|
Otot
sternokleidomastoideus dan bagian atas dari otot trapezium: pergerakan kepala
dan bahu
|
XII Hipoglosus
|
Motorik
|
Pergerakan lidah
|
2.6
Sistem
Limbik
Limbic (limbus) berarti
“batas” atau “tepi”. System limbik mencakup nukleus dan terusan batas traktus antara serebri dan
diensefalon yang mengelilingi korpus kalosum. Sistem ini merupakan suatu
pengelompokan anatomis yang terdiri atas komponen serebrum, diensefalon, dan
mesensefalon. (Arif Muttaqin, 2008 )
Struktur kortikal utama adalah girus
singulis (kingulata) dan girus hipokampus dan hipokampus. Bagian subkortikal
mencakup amiglada, traktus olfaktorius,dan septum. Beberapa ahli menyertakan
hipotalamus dan bagian-bagian talamus dalam sistem limbik karena memiliki
hubungan fungsional yang erat. Secara fungsional sistem berkaitan dengan :
-
Suatu pendirian atau respons
emosional yang mengarahkan pada tingkah laku
individu.
-
Suatu respons sadar terhadap
lingkunngan.
-
Memberdayakan fungsi
intelektual dari korteks serebri secara tidak sadar dan
memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespons
keadaan.
-
Memfasilitasi penyimpanan suatu
memori dan menggali kembali simpanan memori
yang diperlukan.
-
Merespons suatu pengalaman dan
ekspresi suasana hati, terutama reaksi takut, marah,
dan emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual.
System limbik memiliki hubungan timbal
balik dengan banyak struktur saraf sentral pada beberapa tingkat integrasi
termasuk korteks, hipotalamus, dan RAS dari batang otak. Gangguan persepsi, terutama dalam
mengingat kembali, krisis emosional dan gangguan hubungan dengan orang lain dan
dengan objek, diperkirakan berhubungan dengan struktur limbik.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sistem persarafan terdiri dari jalinan jaringan saraf yang tersusun atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong (neuroglia dan sel
Schwann) yang berperan penting untuk mengatur aktivitas sistem
tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis.
Jaringan saraf terdiri
atas neuron (sel saraf) dan sel penyokong. Berdasarkan fungsinya, neuron dapat
dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan asosiasi atau penghubung.
Berdasarkan bentuknya, neuron dapat dibagi menjadi neuron tanpa akson, unipolar,
bipolar dan multipolar. Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat dan
saraf tepi. Sistem saraf pusat
melibatkan otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri
atas saraf kranial dan saraf spinal, dan berdasarkan cara kerjanya
diklasifikasikan menjadi sistem saraf somatis dan otonom. System limbik juga memiliki hubungan timbal balik dengan banyak struktur saraf sentral
pada beberapa tingkat integrasi termasuk korteks, hipotalamus, dan RAS dari batang otak.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Zaidin. 2002. Dasar-dasar Perawatan Pasien Gangguan Sistem Persarafan. Depok :
Raflesia Press
Dorland, W.A Newman. 2009. Kamus Saku Kedokteran DORLAND. Edisi 28. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Edisi
2. Jakarta:Salemba Medika
Pearce, Evelyn .C. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Prima Grafika
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC
http://www.academia.edu/4960974/obat_sistemsarafpusat, Diakses pada tanggal 24 Oktober 2014, Pukul 14.10
http://www.anakciremai.com/2011/05/pengertian-anatomi-dan-fisiologi.html Diakses pada tanggal 4 November 2014, Pukul 14.25
http://teguhbaguspribadi-fkh12.web.unair.ac.id/artikel_detail-76566-Materi%20Kuliah%20Semester%202-Proses%20Penghantaran%20Impuls%20saraf.html#.VFjSZGdJRbw
Diakses pada tanggal 4 November 2014, Pukul 14.35
http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/sistem-saraf-manusia/
Diakses pada tanggal 5 November 2014, Pukul 17.09
http://www.crayonpedia.org/mw/Sistem_Koordinasi_9.1 Diakses pada tanggal 5 November 2014, Pukul 19.01
http://hanifah-ayu-fk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-106365-Ilmu%20Faal-Sistem%20Gerak%20Refleks.html
Diakses pada tanggal 5 November 2014, Pukul 19.09
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1988/1/bedah-iskandar%2520japardi53.pdf Diakses pada tanggal 7 November 2014, Pukul 12.06
http://www.wsoerjodibroto.com/2010_12_01_archive.html Diakses pada tanggal 7 November 2014, Pukul 12.08
(Revised by
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2014/2015
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2014/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar