Kamis, 18 Desember 2014

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PARKINSON




KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PARKINSON
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2014/2015
 
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1     DEFINISI
Penyakit Parkinson adalah penyakit degenerative dan progesif pada sistem neuronal dopamine otak, paling umum bersifat ideopatik. Penyakit Parkinson merupakan gangguan pergerakan pada ganglia basal dan substansia nigra yg ditandai dengan gemetaran ( tremor ), penurunan refleksi pestural brody kinesia dan rigidity. (Zaidin Ali, 2002 : 75)
Penyakit parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor, dan kekakuan otot. (Smeltzer dan Bare, 2002 : ).


      Parkinson dibagi menjadi Primer dan sekunder :
  1. Penyakit Parkinson Primer, terjadi akibat produksi dopamine rendah yang tidak jelas diketahui penyebabnya.
  2. Penyakit Parkinson Sekunder, yang diakibatkan oleh faktor luar. Penggunaan obat-obatan hipertensi, antiaritmia, obat jantung, anti muntah, dll. Penggunaan obat-obatan ini secara berlanjut dan mengendap di tubuh dalam jangka waktu yang lama akan menjadi racun bagi tubuh. Selain itu, keracunan akibat zat-zat polutan seperti karbonmonoksida, sianida disulfida, pestisida, dan berbisida dapat menimbulkan penyakit Parkinson.


Penyakit ini terdiri dari 5 tingkat yakni:
Tingkat I         : tingkat awal
a.       Kerusakan pada sebelah tungkai dan lengan
b.      Sedikit kelemahan
c.       Tangan dan lengan bergetar
Tingkat II        : tingkat ringan
a.       Kerusakan pada kedua belah tungkai dan lengan
b.      Wajah seperti berkedok
c.       Gaya berjalan diseret dan pelan
Tingkat III      : tingkat sedang
                          Gangguan berjalan makin meningkat
Tingkat IV      : tingkat berat
a.       Akinesia
b.      Regidity
Tingkat V        : ketergantungan penuh


2.2        ETIOLOGI
Sebagian besar penyebab kasus ini diangap tidak diketahui (idiopatik). Parkinsonisme idiopatik adalah penyakit parkinson atau parasilis merupakan suatu penyakit progresif yang menyerang usia pertengahan atau lanjut dengan awitan khas pada usia 50 sampai 60 tahun. Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkannya.
Etiologi parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, diantaranya adalah infeksi oleh virus yang nonkonvensional ( belum diketahui ), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tempatnya disubstansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur atau menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson dikelompokkan menjadi faktor endogen dan eksogen sebagai berikut :
  
Faktor Endogen
1.         Usia
2.         Genetik
3.         Infeksi
4.         Trauma kepala
5.         Obat-obatan
 
            Faktor Eksogen
1.         Toksisitas
2.         Xenobiotik
3.         Pekerjaan
4.         Stress dan Depresi


2.3  MANIFESTASI KLINIK
Gejala pada parkinson dikelompokkan gejala motorik dan non motorik :
1. Motorik
TRAP (tremor, rigiditas, akinesia atau bradikinesia, dan postural Instability) merupakan gejala klinis utama dari penyakit Parkinson. Sebagai tambahan postur fleksi dan freezing ( motor blokade ) termasuk dalam gejala klasik parkinsonisme.
a.          Tremor
Salah satu cirri khas paling awal yg dapat ditemui dari penyakit Parkinson adalah tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika diminta melakukan sesuatu atau sedang tidur, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut rest tremor. Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah, rahang, dan jari tangan.
Rest tremor ini bersifat kasar (kurang lebih 4 siklus/detik), dan gerakannya seperti menghitung uang logam. Tremor dapat dimulai dari satu ekstremitas saja pada awal gejala dan dapat menyebar sehingga mengenai seluruh anggota tubuh (lengan, rahang, lidah, kelopak mata, tungkai) bahkan juga suara. Tremor ini berupa gerakan getar yang biasanya muncul pada gerak tangan, lengan, atau tungkai saat rileks. Tremor dapat menghilang jika otot berelaksasi total ataupun dengan melakukan gerakan. Faktor fisik dan emosi dapat mencetuskan timbulnya tremor ini.


b.      Regiditas
Pasien Parkinson mengalami kekakuan, peningkatan tonus otot saat pemeriksaan menggerakkan tangan dan leher. Dikombinasikan dengan rest tremor, kekakuan ini menghasilkan fenomena ‘cog-wheel’ atau roda gigi saat ekstremitas digerakkan secara pasif. Penderita mengeluh otot kaku, nyeri sendi, dan lelah. Hal ini juga sangat jelas dapat dirasakan dengan cara mempalpasi otot pasien dalam keadaan rileks. Keadaan ini terkadang menyerupai gejala rematik. Postur tubuh dapat menjadi membungkuk ke depan. Pada keadaan yang lanjut gerakan sendi bisa menjadi terbatas.

c.       Akinesia (Bradykinesia)
         Pengurangan kekuatan gerakan sehingga gerakan menjadi sangat lamban. Bradikinesia, berupa menurunnya gerakan motorik tubuh secara keseluruhan. Misalnya, sulit bangkit dari kursi, memulai berjalan atau berbalik ke tempat tidur. Wajah tampak murung dan sedih, kedipan mata berkurang atau tatapan mata kosong seperti orang melamun. Suara juga dapat berubah menjadi halus dan pelan, sehingga sulit didengar. Gaya berjalan menjadi kaku seperti robot, langkah menjadi kecil-kecil dan pendek, langkah diseret, lengan tidak atau kurang melenggang. Dalam hal makan, penderita juga mengalami kelambanan, baik mengunyah atau menelan, dan bahkan dapat mengeluarkan air liur.
Bradikinesia menyebabkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan berkurang. Kedipan mata dan kemampuan menelan ludah berkurang sehingga ludah keluar dari mulut dengan sendirinya. Gerakan penderita menjadi lamban misalnya kesulitan berdiri setelah duduk di kursi, kesulitan berjalan, dan bila berbicara gerak bibir atau lidah menjadi lamban. Terjadi perubahan pada tulisan tangan. Saat menulis, tulisan penderita Parkinson biasanya lama-lama akan semakin mengecil sampai tidak terbaca.
Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi dari impuls optik sensorik, labirin, propioseptik dan impuls sensorik lainnya di ganglia basalis. Hal ini mengakibatkan perubahan pada aktivitas refleks yang mempengaruhi alfa dan gamma motoneuron.

d.      Postural Instability
Merupakan ketidakstabilan postural, tidak adanya refleks postural sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan. Instabilitas Postural ditandai dengan memburuknya keseimbangan tubuh sehingga penderita mudah jatuh. Ketika sedang berjalan penderita dapat mengalami kesulitan berhenti akan kehilangan keseimbangan. Meskipun sebagian peneliti memasukkan sebagai gejala utama, namun pada awal stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit Parkinson yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.

1.    Non Motorik
a.       Inkontinensia dan konstipasi
Ketidakmampuan untuk mengontrol buang air kecil dan buang air besar.
b.       Demensia
Istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Hilangnya kemampuan kognitif secara menyeluruh yang mencakup kemampuan mengingat.
c.       Dysphagia
Gejala non motorik berupa kesulitan menelan
d.      Berkeringat tidak wajar
Keringat yang keluar tidak wajar atau berlebihan dimulai pada saat sistem syaraf mulai terserang parkinson, maka kemampuan untuk mengatur suhu tubuh akan menurun. Sehingga pada kulit dan kelenjar keringat terjadi perubahan.

PATOFISIOLOGI 
(Arif Mutaqin, 2008)
 
2.5  PENATALAKSANAAN
       Penatalaksanaan pada parkinson sebenarnya adalah dengan meningkatkan transmisi dopamin. Terapi obat-obatan yang diberikan untuk mengatasi gejala parkinson dan menghambat penurunan dopamin adalah sebagai berikut :
a.       Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dapat membantu dalam menghilangkan tremor.
b.      Terapi Antikolinergik.
Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan parkinson. Obat – obatan ini dapat dingunakan dalam kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi asetilkolin pada sistem saraf pusat. Efek samping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah, konstipasi, retesi urine, dan kondusi akut. Tekanan intraokular dipantau ketat karena obat – obatan ini kontradikasi pada klien dengan glaukoma meskipun glaukoma yang dalami klien hanya sedikit. Klien dengan hiperplasi prostaltik dinpantau terhadap adanya tanda – tanda retensi urine.
c.       Amantadin Hidrokhlorida.
Amantadin Hidrokhlorida (symmentrel), agen anti virus yang digunakan pada awal pengobatan penyakit parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremo, dan bradikinesia. Agen ini diperkirakan berkerja melalui pelepasan dopamin dari daerah penyimpanan di dalam syaraf. Reaksi efek samping terdiri atas gangguan psikiatrik (perubahan peralatan hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing dan gangguan pengelihatan.
d.      Terapi levodopa
Walaupun levedopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen yang paling efektif untuk pengobatan pada penyakit parkinson. Levedopa di ubah dari (MD4) L dan (MB4) – dopa menjadi dopamin pada basal ganglia. Seperti disebutkan diatas dopamin dengan konsentrasi normal yang terdapat di dalam sel sel substansia nigra menjadi hilang pada klian dengan penyakit parkinson. Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat pada dopamin yang lebih tinggi akibat pemberian levodopa.
e.       Derivat ergoet-agonis dopamin
Agen – agen ini (bromotriptin dan pergolid) dianggap sebagai agonis reseptor dopamin; agen ini bermanfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada klien yang mengalami reaksi on - off  terhadap fluktuasi klinis yang ringan.


f.       Inhibitor MAO
Eldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit parkinson. Obat ini menghambat pemecahan dopamin; sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai, tidak seperti bentuk terapi, terapi lain, agen ini secara nyata memperlambat kemajuan penyakit.
g.      Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang bisa juga biasa terjadi pada penyakit parkinson.

Health Education pada penderita parkinson :  
a.         Membatasi asupan vitamin B6
Karena vitamin B6 meninggalkan efek Shidopa, oleh karena itu setiap hari selama melakukan pengobatan harus membatasi asupan vitamin B6.
b.        Menghindari melakukan kegiatan di luar ruangan jika cuaca panas.
Pada hari-hari yang panas penderita Parkinson sangatlah sensitif, sehingga selama hari-hari panas pasien sebaiknya tinggal di dalam rumah, cobalah untuk melakukan kegiatan di luar ruangan pada pagi atau sore hari.
c.         Cara makan yang benar
Karena penderita penyakit Parkinson mengalami kekakuan otot, maka anggota keluarga pasien jangan memaksa pasien untuk makan dan minum dengan cepat. Minum minuman dingin dapat memilih dengan menggunakan sedotan plastik yang fleksibel, minum minuman panas dengan pegangan lebar, dan gelas yang ringan.
d.        Pencegahan infeksi harus diperhatikan, penderita penyakit Parkinson mudah terkena penyakit bronkitis atau pneumonia. Oleh karena itu, batuk atau demam harus ditangani dengan secepatnya, agar infeksi serius dapat terdeteksi lebih dini.
e.         Rutin melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri agar otot tidak semakin kaku karena jarang digunakan. Bisa juga dilakukan terapi fisik di pusat-pusat rehabilitasi medis yang terdekat.
f.       Perbanyak makanan bergizi dan kaya serat karena pada umumnya penderita mengalami konstipasi (susah buang air besar) karena berkurangnya aktivitas fisik yang mereka lakukan.
g.      Menghindari memutar badan secara paksa. Mengikuti terapi fisik, terapi bicara, dan terapi okupasi. Melakukan terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu penderita tetap mandiri.
h.      Mengkonsumsi makanan kaya serat untuk mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas, dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu memperlancar buang air besar.
i.        Istirahat optimal dan upayakan untuk menghindari stres.
j.        Pertimbangkan memakai peralatan khusus di rumah supaya membantu gerakan tubuh seperti pegangan pada tangga.

Pencegahan Parkinson : 
a.         Menghindari trauma otak dengan menghindari benturan yang keras karena pada dasarnya penyakit Parkinson disebabkan karena rusaknya neuron, unit terkecil otak manusia yang  berfungsi menyampaikan pesan dari otak ke syaraf yang kemudian akan diteruskan ke anggota tubuh lain dan sebaliknya.
b.        Meningkatkan latihan fisik dan aktivitas mental. Latihan fisik dan aktivitas mental adalah metode yang efektif dalam pencegahan dan pengobatan Parkinson dan juga dapat menunda penuaan jaringan otak. Dalam kehidupan sehari-hari beberapa latihan fisik dapat membantu menjaga kesehatan serta latihan membantu untuk mencegah penyakit. Perlu diketahui bahwa berolahraga, harus memilih bervariasi, misalnya: berjalan di atas jalan berkerikil sambil membungkuk untuk menunda hypokinesia.
c.         Menghindari zat toksik yaitu menghindari bahan kimia yang beracun, seperti insektisida, herbisida, pestisida, dan sebagainya. Menghindari atau mengurangi zat beracun terhadap sistem saraf manusia, zat beracun seperti karbon monoksida, karbon dioksida, mangan, dan merkuri. Asap  mobil mengandung banyak karbon monoksida, karbon disulfida, gas beracun sianida, dan gas beracun lainnya, gas-gas ini dapat menyebabkan kematian sel.
d.        Menjaga dari kelelahan mental berlebihan
e.         Mengkonsumsi teh hijau, karena kandungan polifenol di dalam teh hijau terbukti mengurangi senyawa beracun yang dapat mengganggu fungsi sel saraf di otak.
f.         Menerapkan pola hidup sehat, dengan konsumsi gizi seimbang. Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah yang mengandung antioksidan, seperti brokoli, raspberry, blueberry, kiwi, dan sayuran serta buah-buahan lainnya.

2.4  KOMPLIKASI
          Komplikasi yang muncul antara lain :
a.         Dekubitus
Luka di tumit atau punggung akibat lama tertekan karena hambatan mobilitas fisik
b.        Malnutrisi
Penderita menolak makan karena kesulitan menelan makanan
c.         Luka karena terjatuh
Karena keseimbangan berkurang bahkan hilang, badan tidak bisa berjalan dengan benar dan dapat terjadi resiko cedera. Kemungkinan adanya perubahan penurunan persepsi sensori visual menyebabkan penderita parkinson pandangannya kabur.
d.        Radang Paru
Berhubungan dengan manifestasi otonom seperti penurunan kemampuan batuk efektif, yang disebabkan hilangnya kendali volunter.
e.         Demensia
Demensia dapat menjadi gejala sekaligus komplikasi pada parkinson. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Hilangnya kemampuan kognitif secara menyeluruh yang mencakup kemampuan mengingat.











BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
Data subjektif
1.      Identitas klien
·         Nama klien
·         Nomer RM
·         Jenis kelamin
Komposisi antara laki-laki dan perempuan pada penyakit ini hampir berimbang namun lebih banyak laki-laki dengan perbandingan 3:2 tanpa diketahui sebab yang  jelas dan masih dalam lingkup penelitian.
·         Umur
Penyakit Parkinson lebih sering pada usia lanjut, pada usia 50 dan 60 tahun
·         Status perkawinan
·         Pekerjaan
Pekerjaan seseorang dengan paparan zat kimia tinggi secara terus-menerus dapat memicu atau memperburuk parkinson
·         Agama
·         Alamat
·         Tanggal MRS
·         Diagnosa medis
Diagnosis penyakit ini didasarkan dari gejala klinis yang dinilai oleh dokter dan atau didukung dengan pencitraan otak (CT Scan atau MRI kepala). Parkinson dapat sebagai komplikasi atau diperburuk dengan komplikasi yang lain.

2.      Riwayat Keperawatan
a.       Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah :
·             Gangguan gerakan
·             Kaku otot
·             Tremor menyeluruh
·             Kelemahan otot
·             Hilangnya refleks postural
Merupakan ketidakstabilan postural, tidak adanya refleks postural sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan. Ditandai dengan memburuknya keseimbangan tubuh sehingga penderita mudah jatuh.

b.      Riwayat penyakit sekarang
    Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat saat klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.
    Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroid, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.

c.       Riwayat penyakit dahulu
    Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.

d.      Riwayat penyakit keluarga
    Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan sebab genetik yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.

3.      Pola Fungsi Kesehatan
a.       Pola toleransi koping stress
b.      Pola hubungan peran

a.         Pola persepsi terhadap kesehatan
Terjadi perubahan hidup yang tidak sehat karena defisit perawatan
diri akibat kelemahan atau kekauan otot, sehingga menimbulkan masalah
kesehatan lainnya.

b.       Pola nutrisi metabolisme
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, mengalami kesulitan menelan.

c.       Pola eliminasi
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi alvi karena asupan yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal. Klien sering mengalami konstipasi akibat menurunnya sensitifitas proses pencernaan.
d.      Pola istirahat-tidur.
Penderita pada umumnya kesulitan tidur pada malam hari karena tremor berlebihan atau berkeringat.

e.       Pola aktivitas latihan
Penderita terjadi kekakuan otot, dan kehilangan keseimbangan gerak.

f.        Pola persepsi diri
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yg salah.
.
g.       Pola kognitif perseptual
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca indra penglihatan, pendengaran dan penurunan kognitif serta perubahan memori.
h.       Pola toleransi koping stress
Pengkajian mekanisme koping menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
i.         Pola reproduksi seksual
Pada umumnya terjadi penurunan seksualitas.
j.         Pola hubungan peran
Klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara yang dapat menurunkan fungsi peran dalam kehidupan sehari-hari.
k.       Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress pada diri penderita, bila terjadi serangan tremor yang hebat.


Data obyektif
a.       Keadaan umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu brakikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan.

b.      Pemeriksaan fisik ( B1-B6 )
·   Breating ( B1 )
Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau salifah, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.

Inspeksi :
Ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu nafas.

Palpasi :
Ditemukan taktil Vermitus seimbang kanan dan kiri.

Perkusi :
Ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapang paru.

Auskultasi :
Ditemukan bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronchi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada klien dengan inaktifitas.

·         Blood ( B2 )
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.

·         Brain ( B3 )
Inspeksi :
-          Ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kehilangan keseimbangan
-          Pemeriksaan fungsi serebri
Dapat mengalami perubahan status mental yang berhubungan dengan
penurunan status kognitif, penurunan presepsi, dan penurunan memori baik
jangka pedek dan memori jangka panjang.
-          Pemeriksaan syaraf cranial
Saraf I
Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.

Saraf II
 Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.




Saraf III, IV, dan VI
Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu konvergensi pengelihatan menjadi kabur menjadi tidak mampu mempertahannkan kontaksi otot-otot bola mata.


Saraf V
pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan, saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata)

Saraf VII.
Presepsi pengecapan dalam batas normal.

Saraf VIII.
Adanya tuli konduktif dan tuli presepsi yang berhungan dengan proses semilis dan penurunan aliran darah regional.

Saraf IX dan X
ditemukan kesulitan dalam menelan makanan.

Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Saraf XII
Tidak simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasipulasi. Indra pengecapan normal

Sistem motorik
ü  Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami digiditas desereberasi.
ü  Tonus otot, ditemukan meningkat.
ü  Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.




Pemeriksaan refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangan keseimbangan     ( salah satunya kedepan dan kebelakang ) dapat menimbulkan sering jatuh.

Sistem sensorik
Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.

·         Bladder ( B4 )
Inspeksi :
-          Klien dapat mengalami inkontinensia urine, Penurunan reflek kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
-          ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan control motorik dan postural.
-          Klien sering ditemukan dengan kateterisasi intermiten teknik steril
Palpasi :
-          Adakah nyeri tekan pada kandung kemih

·            Bowel ( B5 )
Inspeksi :
-          Pemenuhan nutrisi berkurang karena kesulitan menelan, kelemahan fisik umum dan adanya tremor menyeluruh.
-          Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.

Palpasi :
-          Adakah nyeri tekan pada abdomen
Perkusi :
-          Adakah distensi abdomen
Auskultasi :
-          Terdengar bising usus menurun (5-12x/menit)

·            Bone ( B6 )
Inspeksi :
-          Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelalahan otot, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menghambat pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.
-          Mobilisasi dibantu sebagian
-          Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.

Palpasi :
-          Dalam keadaan rileks dapat ditemukan fenomena roda gigi (kombinasi rest tremor dengan kekakuan otot)

c.       Pemeriksaan Penunjang     
·      Analisis cairan serebrospinalis
Pengambilan cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan prosedure neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. Dilakukan dengan cara menginsersi jarum berongga ke dalam ruang sub-araknoid daintara lengkung saraf vertebra lumbal ketiga dan lumbal keempat. Kemungkinan hasil menunjukkan adanya penurunan kadar dopamin
·      MRI / CT-scan kepala.
Untuk mengetahui gambaran internal otak. Pada penyakit parkinson kemungkinan didapatkan gambaran pelebaran ventrikel.
·      PET ( Positron Emission Tomography )
(PET) merupakan salah satu modalitas diagnostik kedokteran nuklir yang lebih baik dibanding modalitas lain terutama di bidang keganasan. Prinsip kerjanya dengan mendeteksi akumulasi bahan radioaktif pada suatu organ.. PET scan dapat memberikan gambaran fungsional aliran darah dan proses metabolik di tingkat sel. PET dapat mengukur fungsi fisiologis dengan mencitrakan aliran darah, metabolisme, neurotransmitter dan obat yang dilabel zat radioaktif. Alat ini dapat menampilkan analisis secara kuantitatif, mengikuti perubahan relatif selama pemantauan sesuai dengan perjalanan dan pengaruh penyakit terhadap jaringan tubuh manusia atau respons terhadap organ tubuh stimulus spesifik. Pada klien dengan parkinson kemungkinan hasil PET scan menunjukkan penurunan metabolisme otak, pengurangan cerebral blood flow terutama sekali di ganglia basalis.


3.2  Diagnosa Keperawatan
1.        Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan otot
2.        Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak
     adekuat akibat tremor, kesulitan menelan
3.        Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan aktivitas
     fisik umum
4.        Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas
     fisik umum akibat kekakuan otot
5.        Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kemampuan kognitif menurun
6.        Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan
     menggerakkan otot-otot wajah.
7.        Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan persepsi sensori visual

3.3  Rencana Keperawatan
1.  Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan otot.
a.    Tujuan
Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

b.    Kriteria hasil
-            Klien dapat ikut serta dalam program latihan
-            Tidak terjadi kontraktur sendi
-            Bertambahnya kekuatan otot
-            Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

c.    Intervensi
-     Kaji ulang mobilitas yang ada dan observasi secara teratur fungsi motorik klien
     Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
-     Lakukan program latihan yang meningkatkan kekuatan otot.
     Rasional : meningkatkan koordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekuatan otot dan mencegah kontraktur bila otot tidak digunakan.
-     Lakukan latihan postural.
Rasional : latihan postural untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik ke depan dan ke bawah.
-     Ajarkan teknik berjalan khusus :
·      Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan tegak, memandang lurus ke depan, dan menggunakan cara berjalan dengan dasar lebar (misalnya berjalan dengan kaki terpisah).
·      Klien dianjurkan untuk latihan berjalan dengan diiringi musik marching band atau lagu, karena hal ini memberikan rangsangan sensorik.
·      Latihan bernapas sambil berjalan membantu untuk menggerakkan rangka tulang rusuk dan transpor oksigen untuk mengisi bagian paru-paru yang kadar oksigennya rendah.
·      Melakukan periode istirahat yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.
Rasional : teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh condong ke depan.
-     Anjurkan mandi hangat dan masase otot.
Rasional : mandi hangat dan masase membantu otot-otot rileks saat melakukan aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
-     Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri, sesuai toleransi.
            Rasional : untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
-     Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Rasional : peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik oleh tim fisioterapis.
-     Kolaborasi pemberian antikolinergik misalnya triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat
Rasional : Agen ini menghilangkan aksi asetilkolin pada sistem saraf pusat, efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson.

2.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake Nutrisi tidak adekuat akibat tremor, kesulitan menelan
a.    Tujuan
     Dalam waktu 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
b.    Kriteria hasil
-            Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
-            Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan
     laboratorium
c.    Intervensi
-            Evaluasi kemampuan makan klien.
     Rasional : 
klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badan mereka. Mulut
mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan. Klien berisiko mengalami aspirasi akibat penurunan refleks batuk.
-            Observasi / timbang berat badan jika memungkinkan.
Rasional : tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan kekurangan asupan nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.
-            Manajemen mencapai kemampuan klien untuk menelan, dengan memberikan
     makanan setengah padat dengan sedikit air. Klien diajarkan untuk meletakkan
makanan di atas lidah, menutup bibir dan gigi, dan menelan. Mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian ke sisi lain. Untuk mengontrol air liur, klien dianjurkan untuk menahan kepala tetap tegak dan membuat keadaan sadar untuk menelan. Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu. Berikan makanan kecil dan lunak.
          Rasional : meningkatkan kemmapuan klien dalam menelan dan dapat membantu pemenuhan nutrisi klien melalui oral. Tujuan lain adalah mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada lambung.
-            Kaji fungsi sistem gastrointestinal meliputi suara bising usus, catat terjadinya
perubahan di dalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus misalnya diare, konstipasi.
Rasional : fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk asupan makanan. Ventilator dapat menyebabkan kembung pada lambung dan perdarahan lambung.
-            Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/hari selama tidak terjadi gangguan
     jantung.
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama klien tidak sadar dan mencegah terjadinya konstipasi.
-            Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seperti serum,
     transferin, BUN/kreatinin, dan glukosa.
     Rasional : memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang
     dibutuhkan klien


1.4              Implementasi dan Evaluasi
1.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan otot
Implementasi :
-       Kaji ulang mobilitas yang ada dan observasi secara teratur fungsi motorik klien
-       Lakukan program latihan yang meningkatkan kekuatan otot diawali dengan latihan postural secara rutin
-       Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi keadaan klien
-       Berikan seka mandi hangat dan masase otot
-       Ajarkan teknik berjalan khusus dan kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

            Evaluasi :
-       Klien patuh dalam program latihan dan tidak terjadi kontraktur sendi
-       Klien dapat menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak
            adekuat akibat tremor, kesulitan menelan
            Implementasi :
-       Evaluasi kemampuan makan klien dan timbang BB klien secara berkala
-       Lakukan manajemen untuk meningkatkan kemampuan menelan dan kolaborasi dengan ahli gizi.
-       Kaji ulang fungsi sistem gastrointestinal meliputi suara bising usus, dan observasi perubahan pergerakan usus misalnya diare, konstipasi.
-       Berikan cairan 2500 cc/hari selama dalam indikasi
-       Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seperti serum, transferin, BUN/kreatinin, dan glukosa
-        

Evaluasi :
-       Klien memahami tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
-       Klien menghabiskan porsi diet yang diprogramkan
-       Memperlihatkan kenaikan berat badan dalam batas normal sesuai indikasi

 

DAFTAR PUSTAKA


Ali, H. Zaidin. 2002. Dasar-dasar Perawatan Pasien Gangguan Sistem Persarafan. Depok : Raflesia Press

Dorland, W.A Newman. 2009. Kamus Saku Kedokteran DORLAND. Edisi 28. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika

Pearce, Evelyn .C. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Prima Grafika

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC

SEMOGA BERMANFAAT

(Revised by
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar