KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PARKINSON
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2014/2015
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2014/2015
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
DEFINISI
Penyakit
Parkinson adalah penyakit degenerative dan progesif pada sistem neuronal
dopamine otak, paling umum bersifat ideopatik. Penyakit Parkinson merupakan gangguan pergerakan
pada ganglia basal dan substansia nigra yg ditandai dengan
gemetaran ( tremor ), penurunan refleksi pestural brody kinesia dan rigidity. (Zaidin Ali, 2002 : 75)
Penyakit parkinson merupakan suatu gangguan
neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk
mengontrol dan mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia
(perlambatan gerakan), tremor, dan kekakuan otot. (Smeltzer dan Bare, 2002 : ).
Parkinson dibagi menjadi Primer dan sekunder :
- Penyakit Parkinson Primer, terjadi akibat produksi dopamine rendah yang tidak jelas diketahui penyebabnya.
- Penyakit Parkinson Sekunder, yang diakibatkan oleh faktor luar. Penggunaan obat-obatan hipertensi, antiaritmia, obat jantung, anti muntah, dll. Penggunaan obat-obatan ini secara berlanjut dan mengendap di tubuh dalam jangka waktu yang lama akan menjadi racun bagi tubuh. Selain itu, keracunan akibat zat-zat polutan seperti karbonmonoksida, sianida disulfida, pestisida, dan berbisida dapat menimbulkan penyakit Parkinson.
Penyakit ini terdiri
dari 5 tingkat yakni:
Tingkat I : tingkat awal
a. Kerusakan pada sebelah tungkai dan lengan
b. Sedikit kelemahan
c. Tangan dan lengan bergetar
Tingkat II : tingkat ringan
a. Kerusakan pada kedua belah tungkai dan lengan
b. Wajah seperti berkedok
c. Gaya berjalan diseret dan pelan
Tingkat III : tingkat sedang
Gangguan
berjalan makin meningkat
Tingkat IV : tingkat berat
a. Akinesia
b. Regidity
Tingkat V : ketergantungan penuh
2.2
ETIOLOGI
Sebagian besar penyebab kasus ini diangap tidak
diketahui (idiopatik). Parkinsonisme idiopatik adalah penyakit parkinson atau
parasilis merupakan suatu penyakit progresif yang menyerang usia pertengahan
atau lanjut dengan awitan khas pada usia 50 sampai 60 tahun. Tidak ditemukan
sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkannya.
Etiologi parkinson primer masih belum diketahui.
Terdapat beberapa dugaan, diantaranya adalah infeksi oleh virus yang
nonkonvensional ( belum diketahui ), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah
umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan
yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan
oleh rusaknya sel-sel otak, tempatnya disubstansi nigra. Suatu kelompok sel yang
mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya,
penderita tidak bisa mengatur atau menahan gerakan-gerakan yang tidak
disadarinya. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson dikelompokkan
menjadi faktor endogen dan eksogen sebagai berikut :
Faktor Endogen
1.
Usia
2.
Genetik
3.
Infeksi
4.
Trauma kepala
5.
Obat-obatan
Faktor
Eksogen
1.
Toksisitas
2.
Xenobiotik
3.
Pekerjaan
4.
Stress dan Depresi
2.3
MANIFESTASI KLINIK
Gejala pada
parkinson dikelompokkan gejala motorik dan non motorik :
1. Motorik
TRAP (tremor, rigiditas, akinesia atau bradikinesia, dan postural
Instability)
merupakan gejala klinis utama dari penyakit Parkinson. Sebagai tambahan postur
fleksi dan freezing ( motor blokade ) termasuk dalam gejala klasik
parkinsonisme.
a.
Tremor
Salah satu cirri khas paling awal yg
dapat ditemui dari penyakit Parkinson adalah tremor (bergetar) jika sedang
beristirahat. Namun, jika diminta melakukan sesuatu atau sedang tidur, getaran
tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut rest tremor. Tremor tidak hanya
terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan
bola mata, bibir, lidah, rahang, dan jari tangan.
Rest
tremor ini bersifat kasar (kurang lebih 4 siklus/detik), dan gerakannya seperti
menghitung uang logam. Tremor dapat dimulai dari satu ekstremitas saja pada
awal gejala dan dapat menyebar sehingga mengenai seluruh anggota tubuh (lengan,
rahang, lidah, kelopak mata, tungkai) bahkan juga suara. Tremor ini berupa
gerakan getar yang biasanya muncul pada gerak tangan, lengan, atau tungkai saat
rileks. Tremor dapat menghilang jika otot berelaksasi total ataupun dengan
melakukan gerakan. Faktor fisik dan emosi dapat mencetuskan timbulnya tremor
ini.
b. Regiditas
Pasien
Parkinson mengalami kekakuan, peningkatan tonus otot saat pemeriksaan menggerakkan tangan dan leher. Dikombinasikan dengan
rest tremor, kekakuan ini menghasilkan fenomena ‘cog-wheel’ atau roda gigi saat
ekstremitas digerakkan secara pasif. Penderita mengeluh otot kaku, nyeri sendi,
dan lelah. Hal ini juga sangat jelas dapat dirasakan dengan cara mempalpasi
otot pasien dalam keadaan rileks. Keadaan ini terkadang menyerupai gejala rematik.
Postur tubuh dapat menjadi membungkuk ke depan. Pada keadaan yang lanjut
gerakan sendi bisa menjadi terbatas.
c. Akinesia (Bradykinesia)
Pengurangan kekuatan gerakan sehingga gerakan menjadi sangat lamban. Bradikinesia,
berupa menurunnya gerakan motorik tubuh secara keseluruhan. Misalnya, sulit
bangkit dari kursi, memulai berjalan atau berbalik ke tempat tidur. Wajah
tampak murung dan sedih, kedipan mata berkurang atau tatapan mata kosong
seperti orang melamun. Suara juga dapat berubah menjadi halus dan pelan,
sehingga sulit didengar. Gaya berjalan menjadi kaku seperti robot, langkah menjadi
kecil-kecil dan pendek, langkah diseret, lengan tidak atau kurang melenggang.
Dalam hal makan, penderita juga mengalami kelambanan, baik mengunyah atau
menelan, dan bahkan dapat mengeluarkan air liur.
Bradikinesia
menyebabkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan berkurang. Kedipan mata dan kemampuan menelan
ludah berkurang sehingga ludah keluar dari mulut dengan sendirinya. Gerakan penderita menjadi
lamban misalnya kesulitan berdiri setelah duduk di kursi, kesulitan berjalan, dan bila berbicara gerak
bibir atau
lidah menjadi lamban. Terjadi perubahan pada tulisan tangan. Saat menulis,
tulisan penderita Parkinson biasanya lama-lama akan semakin mengecil sampai
tidak terbaca.
Bradikinesia
merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi dari impuls optik sensorik,
labirin, propioseptik dan impuls sensorik lainnya di ganglia basalis. Hal ini
mengakibatkan perubahan pada aktivitas refleks yang mempengaruhi alfa dan gamma
motoneuron.
d. Postural Instability
Merupakan ketidakstabilan
postural, tidak adanya refleks postural sehingga mengakibatkan
ketidakseimbangan. Instabilitas Postural ditandai dengan memburuknya keseimbangan tubuh
sehingga penderita mudah jatuh. Ketika sedang berjalan penderita dapat
mengalami kesulitan berhenti akan kehilangan keseimbangan. Meskipun
sebagian peneliti memasukkan sebagai gejala utama, namun pada awal stadium
penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit Parkinson
yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini disebabkan
kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil
impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu
kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.
1.
Non Motorik
a. Inkontinensia dan
konstipasi
Ketidakmampuan untuk mengontrol buang air kecil dan
buang air besar.
b. Demensia
Istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan
fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Hilangnya kemampuan kognitif secara menyeluruh yang mencakup
kemampuan mengingat.
c. Dysphagia
Gejala non motorik berupa kesulitan menelan
d. Berkeringat tidak wajar
Keringat yang keluar
tidak wajar atau berlebihan dimulai pada saat sistem syaraf mulai terserang
parkinson, maka kemampuan untuk mengatur suhu tubuh akan menurun. Sehingga pada
kulit dan kelenjar keringat terjadi perubahan.
PATOFISIOLOGI
(Arif Mutaqin, 2008)
PATOFISIOLOGI
(Arif Mutaqin, 2008)
2.5
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada
parkinson sebenarnya adalah dengan meningkatkan transmisi dopamin. Terapi obat-obatan
yang diberikan untuk mengatasi gejala parkinson dan menghambat penurunan
dopamin adalah sebagai berikut :
a.
Antihistamin
Antihistamin
mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dapat membantu dalam
menghilangkan tremor.
b.
Terapi Antikolinergik.
Agen
antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif
untuk mengontrol tremor dan kekakuan parkinson. Obat – obatan ini dapat
dingunakan dalam kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi
asetilkolin pada sistem saraf pusat. Efek samping mencakup penglihatan kabur,
wajah memerah, ruam pada wajah, konstipasi, retesi urine, dan kondusi akut.
Tekanan intraokular dipantau ketat karena obat – obatan ini kontradikasi pada
klien dengan glaukoma meskipun glaukoma yang dalami klien hanya sedikit. Klien
dengan hiperplasi prostaltik dinpantau terhadap adanya tanda – tanda retensi
urine.
c.
Amantadin Hidrokhlorida.
Amantadin
Hidrokhlorida (symmentrel), agen anti virus yang digunakan pada awal pengobatan
penyakit parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremo, dan bradikinesia. Agen ini
diperkirakan berkerja melalui pelepasan dopamin dari daerah penyimpanan di
dalam syaraf. Reaksi efek samping terdiri atas gangguan psikiatrik (perubahan
peralatan hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium,
pusing dan gangguan pengelihatan.
d.
Terapi levodopa
Walaupun
levedopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen yang paling efektif
untuk pengobatan pada penyakit parkinson. Levedopa di ubah dari (MD4) L dan
(MB4) – dopa menjadi dopamin pada basal ganglia. Seperti disebutkan diatas
dopamin dengan konsentrasi normal yang terdapat di dalam sel sel substansia
nigra menjadi hilang pada klian dengan penyakit parkinson. Gejala yang hilang
juga dapat terjadi akibat pada dopamin yang lebih tinggi akibat pemberian levodopa.
e.
Derivat ergoet-agonis dopamin
Agen – agen
ini (bromotriptin dan pergolid) dianggap sebagai agonis reseptor dopamin; agen
ini bermanfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada klien yang mengalami
reaksi on - off terhadap fluktuasi klinis yang ringan.
f.
Inhibitor MAO
Eldepril
adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit parkinson. Obat ini
menghambat pemecahan dopamin; sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai,
tidak seperti bentuk terapi, terapi lain, agen ini secara nyata memperlambat
kemajuan penyakit.
g.
Antidepresan
Antidepresan
trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang bisa juga biasa terjadi
pada penyakit parkinson.
Health
Education pada penderita parkinson :
a.
Membatasi asupan vitamin B6
Karena vitamin B6 meninggalkan efek
Shidopa, oleh karena itu setiap hari selama melakukan pengobatan harus
membatasi asupan vitamin B6.
b.
Menghindari melakukan kegiatan di luar ruangan jika
cuaca panas.
Pada hari-hari yang
panas penderita Parkinson sangatlah sensitif, sehingga selama hari-hari panas
pasien sebaiknya tinggal di dalam rumah, cobalah untuk melakukan kegiatan di
luar ruangan pada pagi atau sore hari.
c.
Cara makan yang benar
Karena penderita penyakit Parkinson
mengalami kekakuan otot, maka anggota keluarga pasien jangan memaksa pasien
untuk makan dan minum dengan cepat. Minum minuman dingin dapat memilih dengan
menggunakan sedotan plastik yang fleksibel, minum minuman panas dengan pegangan
lebar, dan gelas yang ringan.
d.
Pencegahan infeksi harus diperhatikan, penderita penyakit
Parkinson mudah terkena penyakit bronkitis atau pneumonia. Oleh karena itu,
batuk atau demam harus ditangani dengan secepatnya, agar infeksi serius dapat
terdeteksi lebih dini.
e.
Rutin melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
agar otot tidak semakin kaku karena jarang digunakan. Bisa juga dilakukan
terapi fisik di pusat-pusat rehabilitasi medis yang terdekat.
f.
Perbanyak makanan bergizi dan kaya serat karena pada
umumnya penderita mengalami konstipasi (susah buang air besar)
karena berkurangnya aktivitas fisik yang mereka lakukan.
g.
Menghindari memutar badan secara paksa. Mengikuti
terapi fisik, terapi bicara, dan terapi okupasi. Melakukan terapi fisik
dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu penderita
tetap mandiri.
h.
Mengkonsumsi makanan kaya serat untuk mengatasi
sembelit akibat kurangnya aktivitas, dehidrasi dan beberapa obat. Makanan
tambahan dan pelunak tinja bisa membantu memperlancar buang air besar.
i.
Istirahat optimal dan upayakan untuk menghindari stres.
j.
Pertimbangkan memakai peralatan khusus di rumah supaya
membantu gerakan tubuh seperti pegangan pada tangga.
Pencegahan
Parkinson :
a.
Menghindari trauma otak dengan menghindari benturan
yang keras karena pada dasarnya penyakit Parkinson disebabkan karena rusaknya
neuron, unit terkecil otak manusia yang berfungsi menyampaikan pesan dari
otak ke syaraf yang kemudian akan diteruskan ke anggota tubuh lain dan
sebaliknya.
b.
Meningkatkan latihan fisik dan aktivitas mental.
Latihan fisik dan aktivitas mental adalah metode yang efektif dalam pencegahan
dan pengobatan Parkinson dan juga dapat menunda penuaan jaringan otak. Dalam
kehidupan sehari-hari beberapa latihan fisik dapat membantu menjaga kesehatan
serta latihan membantu untuk mencegah penyakit. Perlu diketahui bahwa berolahraga,
harus memilih bervariasi, misalnya: berjalan di atas jalan berkerikil sambil
membungkuk untuk menunda hypokinesia.
c.
Menghindari zat toksik yaitu menghindari bahan kimia
yang beracun, seperti insektisida, herbisida, pestisida, dan sebagainya.
Menghindari atau mengurangi zat beracun terhadap sistem saraf manusia, zat
beracun seperti karbon monoksida, karbon dioksida, mangan, dan merkuri.
Asap mobil mengandung banyak karbon
monoksida, karbon disulfida, gas beracun sianida, dan gas beracun lainnya,
gas-gas ini dapat menyebabkan kematian sel.
d.
Menjaga dari kelelahan mental berlebihan
e.
Mengkonsumsi teh hijau, karena kandungan polifenol di
dalam teh hijau terbukti mengurangi senyawa beracun yang dapat mengganggu
fungsi sel saraf di otak.
f.
Menerapkan pola hidup sehat, dengan konsumsi gizi
seimbang. Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah yang mengandung antioksidan,
seperti brokoli, raspberry, blueberry, kiwi, dan sayuran serta buah-buahan
lainnya.
2.4
KOMPLIKASI
Komplikasi
yang muncul antara lain :
a.
Dekubitus
Luka
di tumit atau punggung akibat lama tertekan karena hambatan mobilitas fisik
b.
Malnutrisi
Penderita menolak makan karena kesulitan menelan makanan
c.
Luka karena terjatuh
Karena keseimbangan
berkurang bahkan hilang, badan tidak bisa berjalan
dengan benar dan dapat terjadi resiko
cedera. Kemungkinan adanya perubahan penurunan persepsi sensori visual
menyebabkan penderita parkinson pandangannya kabur.
d.
Radang Paru
Berhubungan
dengan manifestasi otonom seperti penurunan kemampuan batuk efektif, yang
disebabkan hilangnya kendali volunter.
e.
Demensia
Demensia dapat menjadi gejala sekaligus komplikasi
pada parkinson. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional
yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Hilangnya
kemampuan kognitif secara menyeluruh yang mencakup kemampuan mengingat.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Data subjektif
1.
Identitas klien
·
Nama klien
·
Nomer RM
·
Jenis kelamin
Komposisi antara laki-laki dan perempuan
pada penyakit ini hampir berimbang
namun lebih banyak laki-laki dengan perbandingan 3:2 tanpa diketahui sebab yang
jelas dan masih dalam lingkup penelitian.
·
Umur
Penyakit Parkinson lebih sering pada usia
lanjut, pada usia 50 dan 60 tahun
·
Status perkawinan
·
Pekerjaan
Pekerjaan
seseorang dengan paparan zat kimia tinggi secara terus-menerus dapat memicu
atau memperburuk parkinson
·
Agama
·
Alamat
·
Tanggal MRS
·
Diagnosa medis
Diagnosis penyakit
ini didasarkan dari gejala klinis yang dinilai oleh dokter dan atau didukung
dengan pencitraan otak (CT Scan atau MRI kepala). Parkinson dapat sebagai komplikasi atau diperburuk dengan komplikasi yang
lain.
2.
Riwayat Keperawatan
a.
Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan
klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah :
·
Gangguan gerakan
·
Kaku otot
·
Tremor menyeluruh
·
Kelemahan otot
·
Hilangnya refleks postural
Merupakan ketidakstabilan postural, tidak adanya refleks postural sehingga
mengakibatkan ketidakseimbangan. Ditandai
dengan memburuknya keseimbangan tubuh sehingga penderita mudah jatuh.
b.
Riwayat penyakit sekarang
Pada
anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan
lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun
tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan
membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan
ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil di antara jari-jari.
Keadaan ini meningkat saat klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan
muncul pada saat klien istirahat.
Keluhan
lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensi wajah, sikap tubuh,
dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit
berminyak dan sering menderita dermatitis seboroid, sulit menelan, konstipasi,
dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan
hipertrofi prostat.
c.
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian
yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik
dalam jangka waktu yang lama.
d.
Riwayat penyakit keluarga
Walaupun
tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan sebab genetik yang
jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga.
Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu
yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus. Hal ini diperlukan untuk
melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya
penyakit.
3.
Pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola toleransi koping stress
b.
Pola hubungan peran
a.
Pola persepsi terhadap kesehatan
Terjadi perubahan hidup yang tidak
sehat karena defisit perawatan
diri akibat
kelemahan atau kekauan otot, sehingga menimbulkan
masalah
kesehatan lainnya.
b.
Pola nutrisi metabolisme
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, mengalami
kesulitan menelan.
c.
Pola eliminasi
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi alvi
karena asupan yang kurang sehingga penderita biasanya
tidak bisa BAB secara normal. Klien
sering mengalami konstipasi akibat menurunnya sensitifitas proses pencernaan.
d.
Pola istirahat-tidur.
Penderita pada umumnya kesulitan tidur pada malam hari karena tremor berlebihan atau berkeringat.
e.
Pola aktivitas latihan
Penderita terjadi kekakuan otot, dan kehilangan keseimbangan gerak.
f.
Pola persepsi diri
Apakah klien mengalami dampak yang timbul
akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yg salah.
.
g.
Pola kognitif perseptual
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca indra penglihatan, pendengaran dan
penurunan kognitif serta perubahan memori.
h. Pola toleransi koping stress
Pengkajian mekanisme koping menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
i.
Pola reproduksi seksual
Pada umumnya terjadi
penurunan seksualitas.
j.
Pola hubungan peran
Klien mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara
yang dapat menurunkan fungsi peran dalam kehidupan sehari-hari.
k.
Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress pada diri penderita, bila terjadi
serangan tremor yang hebat.
Data
obyektif
a.
Keadaan umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu brakikardi,
hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan.
b.
Pemeriksaan fisik ( B1-B6 )
·
Breating ( B1 )
Gangguan fungsi pernafasan
yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau
salifah, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi :
Ditemukan klien batuk atau
mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum,
sesak nafas, dan penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi :
Ditemukan taktil Vermitus seimbang kanan
dan kiri.
Perkusi :
Ditemukan adanya suara
resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi :
Ditemukan bunyi nafas
tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronchi pada klien dengan peningkatan
produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada
klien dengan inaktifitas.
·
Blood ( B2 )
Hipotensi postural yang terjadi
berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan
tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
·
Brain ( B3 )
Inspeksi :
-
Ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada
seluruh otot dan kehilangan
keseimbangan
-
Pemeriksaan fungsi serebri
Dapat mengalami perubahan status mental yang berhubungan dengan
penurunan status
kognitif, penurunan presepsi, dan penurunan memori baik
jangka pedek dan memori
jangka panjang.
-
Pemeriksaan syaraf cranial
Saraf I
Biasanya pada klien cedera
tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
Saraf II
Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami
perubahan sesuai tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit
Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, dan VI
Gangguan saraf okulomotorius
: sewaktu konvergensi pengelihatan menjadi kabur menjadi tidak mampu
mempertahannkan kontaksi otot-otot bola mata.
Saraf V
pada klien dengan penyakit
Parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah
menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan, saat bicara wajah seperti
topeng (sering
mengedipkan mata)
Saraf VII.
Presepsi pengecapan dalam
batas normal.
Saraf VIII.
Adanya tuli konduktif dan
tuli presepsi yang berhungan dengan proses semilis dan penurunan aliran darah
regional.
Saraf IX dan X
ditemukan kesulitan dalam
menelan makanan.
Saraf XI
Tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII
Tidak simetris, tidak
ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasipulasi. Indra pengecapan
normal
Sistem motorik
ü Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami
digiditas desereberasi.
ü Tonus otot, ditemukan meningkat.
ü Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena
adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
Pemeriksaan
refleks
Terdapat kehilangan refleks postural,
apabila klien mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung
kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam
berputar dan hilangan keseimbangan ( salah satunya kedepan dan kebelakang ) dapat
menimbulkan sering jatuh.
Sistem
sensorik
Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi
sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari
neuropati.
·
Bladder ( B4 )
Inspeksi
:
-
Klien dapat mengalami
inkontinensia urine, Penurunan reflek kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi
kognitif dan persepsi klien secara umum.
-
ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan control
motorik dan postural.
-
Klien sering
ditemukan dengan kateterisasi intermiten teknik steril
Palpasi :
-
Adakah nyeri
tekan pada kandung kemih
·
Bowel ( B5 )
Inspeksi
:
-
Pemenuhan nutrisi berkurang
karena kesulitan menelan, kelemahan fisik umum dan adanya tremor menyeluruh.
-
Klien sering mengalami
konstipasi karena penurunan aktivitas.
Palpasi :
-
Adakah nyeri
tekan pada abdomen
Perkusi :
-
Adakah
distensi abdomen
Auskultasi :
-
Terdengar
bising usus menurun (5-12x/menit)
·
Bone ( B6 )
Inspeksi
:
-
Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kelalahan otot, tremor secara umum pada seluruh
otot dan kaku pada seluruh gerakan menghambat pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas dan pemenuhan aktivitas
sehari-hari.
-
Mobilisasi
dibantu sebagian
-
Adanya gangguan keseimbangan
dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan
dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik pada trauma
fisik bila melakukan aktivitas.
Palpasi :
-
Dalam keadaan
rileks dapat ditemukan fenomena roda gigi (kombinasi rest tremor dengan
kekakuan otot)
c.
Pemeriksaan Penunjang
·
Analisis cairan serebrospinalis
Pengambilan
cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal
Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan prosedure neuro
diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral
hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. Dilakukan dengan cara
menginsersi jarum berongga ke dalam ruang sub-araknoid daintara lengkung saraf
vertebra lumbal ketiga dan lumbal keempat. Kemungkinan hasil menunjukkan adanya
penurunan kadar dopamin
·
MRI / CT-scan kepala.
Untuk
mengetahui gambaran internal otak. Pada penyakit parkinson kemungkinan
didapatkan gambaran pelebaran ventrikel.
·
PET ( Positron Emission Tomography )
(PET) merupakan salah satu modalitas diagnostik kedokteran nuklir yang
lebih baik dibanding modalitas lain terutama di bidang keganasan. Prinsip
kerjanya dengan mendeteksi akumulasi bahan radioaktif pada suatu organ.. PET
scan dapat memberikan gambaran fungsional aliran darah dan proses
metabolik di tingkat sel. PET dapat mengukur fungsi fisiologis dengan
mencitrakan aliran darah, metabolisme, neurotransmitter dan obat yang dilabel
zat radioaktif. Alat ini dapat menampilkan analisis secara kuantitatif,
mengikuti perubahan relatif selama pemantauan sesuai dengan perjalanan dan
pengaruh penyakit terhadap jaringan tubuh manusia atau respons terhadap organ
tubuh stimulus spesifik. Pada klien dengan parkinson kemungkinan hasil PET
scan menunjukkan penurunan metabolisme otak, pengurangan cerebral blood
flow terutama sekali di ganglia basalis.
3.2
Diagnosa Keperawatan
1.
Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kekakuan otot
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuat akibat tremor, kesulitan menelan
3.
Gangguan eliminasi alvi
(konstipasi) berhubungan dengan penurunan aktivitas
fisik umum
4.
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan penurunan aktivitas
fisik umum akibat kekakuan otot
5.
Koping individu tidak efektif
berhubungan dengan kemampuan kognitif
menurun
6.
Hambatan komunikasi verbal
berhubungan dengan ketidakmampuan
menggerakkan
otot-otot wajah.
7.
Resiko tinggi
cedera berhubungan dengan penurunan persepsi sensori visual
3.3
Rencana Keperawatan
1.
Hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan kekakuan otot.
a. Tujuan
Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu meningkatkan aktivitas
fisik sesuai dengan kemampuannya.
b. Kriteria hasil
-
Klien dapat ikut serta dalam
program latihan
-
Tidak terjadi kontraktur sendi
-
Bertambahnya kekuatan otot
-
Klien menunjukkan tindakan
untuk meningkatkan mobilitas
c. Intervensi
-
Kaji ulang mobilitas yang ada
dan observasi
secara teratur fungsi motorik klien
Rasional
: mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
-
Lakukan program latihan yang
meningkatkan kekuatan otot.
Rasional
: meningkatkan koordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekuatan otot dan
mencegah kontraktur bila otot tidak digunakan.
-
Lakukan latihan postural.
Rasional : latihan postural
untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik ke depan dan ke bawah.
-
Ajarkan teknik berjalan khusus
:
·
Ajarkan untuk berkonsentrasi
pada berjalan tegak, memandang lurus ke depan, dan menggunakan cara berjalan
dengan dasar lebar (misalnya berjalan dengan kaki terpisah).
·
Klien dianjurkan untuk latihan
berjalan dengan diiringi musik marching band atau lagu, karena hal ini
memberikan rangsangan sensorik.
·
Latihan bernapas sambil
berjalan membantu untuk menggerakkan rangka tulang rusuk dan transpor oksigen
untuk mengisi bagian paru-paru yang kadar oksigennya rendah.
·
Melakukan periode istirahat
yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.
Rasional : teknik berjalan
khusus dapat juga dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan
kecenderungan tubuh condong ke depan.
-
Anjurkan mandi hangat dan
masase otot.
Rasional : mandi hangat dan
masase membantu otot-otot rileks saat melakukan aktivitas pasif dan aktif dan
mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
-
Bantu klien melakukan latihan
ROM, perawatan diri, sesuai toleransi.
Rasional :
untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
-
Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Rasional :
peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan
latihan fisik oleh tim fisioterapis.
-
Kolaborasi pemberian antikolinergik misalnya triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin
mesilat
Rasional : Agen ini menghilangkan
aksi asetilkolin pada sistem saraf pusat, efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson.
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake Nutrisi tidak adekuat akibat tremor, kesulitan menelan
a. Tujuan
Dalam waktu 3 x 24
jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
b. Kriteria hasil
-
Mengerti tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh
-
Memperlihatkan kenaikan berat
badan sesuai dengan hasil pemeriksaan
laboratorium
c. Intervensi
-
Evaluasi kemampuan makan klien.
Rasional :
klien
mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badan mereka. Mulut
mereka
kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan. Klien berisiko
mengalami aspirasi akibat penurunan refleks batuk.
-
Observasi / timbang berat badan
jika memungkinkan.
Rasional : tanda kehilangan
berat badan (7-10%) dan kekurangan asupan nutrisi menunjang terjadinya masalah
katabolisme, kandungan glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap pemasangan
ventilator.
-
Manajemen mencapai kemampuan klien untuk menelan, dengan memberikan
makanan setengah padat dengan sedikit air. Klien diajarkan untuk
meletakkan
makanan
di atas lidah, menutup bibir dan gigi, dan menelan. Mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian ke
sisi lain. Untuk mengontrol air liur, klien dianjurkan untuk menahan kepala
tetap tegak dan membuat keadaan sadar untuk menelan. Masase otot wajah dan
leher sebelum makan dapat membantu. Berikan makanan kecil dan lunak.
Rasional :
meningkatkan kemmapuan klien dalam menelan dan dapat membantu pemenuhan nutrisi
klien melalui oral. Tujuan lain adalah mencegah terjadinya kelelahan,
memudahkan masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada lambung.
-
Kaji fungsi sistem
gastrointestinal meliputi suara bising usus, catat terjadinya
perubahan
di dalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus
misalnya diare, konstipasi.
Rasional : fungsi sistem
gastrointestinal sangat penting untuk asupan makanan. Ventilator dapat
menyebabkan kembung pada lambung dan perdarahan lambung.
-
Anjurkan pemberian cairan 2500
cc/hari selama tidak terjadi gangguan
jantung.
Rasional : mencegah
terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama klien tidak sadar dan
mencegah terjadinya konstipasi.
-
Lakukan pemeriksaan
laboratorium yang diindikasikan, seperti serum,
transferin, BUN/kreatinin, dan glukosa.
Rasional : memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi
yang
dibutuhkan
klien
1.4
Implementasi dan Evaluasi
1.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan kekakuan otot
Implementasi :
-
Kaji ulang mobilitas yang ada
dan observasi
secara teratur fungsi motorik klien
-
Lakukan program latihan yang
meningkatkan kekuatan otot diawali
dengan latihan postural secara rutin
-
Bantu klien melakukan latihan
ROM, perawatan diri sesuai toleransi
keadaan klien
-
Berikan seka
mandi hangat dan masase otot
-
Ajarkan teknik berjalan khusus dan kolaborasi dengan
ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Evaluasi
:
-
Klien patuh dalam program
latihan dan tidak terjadi kontraktur
sendi
-
Klien dapat menunjukkan tindakan
untuk meningkatkan mobilitas
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuat akibat tremor, kesulitan menelan
Implementasi :
-
Evaluasi kemampuan makan klien dan timbang BB klien secara berkala
-
Lakukan
manajemen untuk meningkatkan kemampuan menelan dan kolaborasi dengan ahli gizi.
-
Kaji ulang fungsi sistem
gastrointestinal meliputi suara bising usus, dan observasi perubahan pergerakan usus misalnya
diare, konstipasi.
-
Berikan cairan 2500 cc/hari selama dalam indikasi
-
Lakukan pemeriksaan
laboratorium yang diindikasikan, seperti serum, transferin, BUN/kreatinin, dan
glukosa
-
Evaluasi :
-
Klien
memahami tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
-
Klien
menghabiskan porsi diet yang diprogramkan
-
Memperlihatkan kenaikan berat
badan dalam batas normal sesuai
indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Zaidin. 2002. Dasar-dasar Perawatan Pasien Gangguan Sistem Persarafan. Depok :
Raflesia Press
Dorland, W.A Newman. 2009. Kamus Saku Kedokteran DORLAND. Edisi 28. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Edisi
2. Jakarta:Salemba Medika
Pearce, Evelyn .C. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Prima Grafika
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC
SEMOGA BERMANFAAT
(Revised by
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar